15 Best Shot [FOTOGRAFI AMATIR]: Hunting di Jepang !!

Post tentang 15 Best Shot [FOTOGRAFI AMATIR]: Hunting di Jepang, merupakan bagian dari post-post gw sebelumnya yakni post-post edisi hunting di Jepang yang uda gw publish sepanjang Oktober sampai Desember 2014. 

Prolog

Tiga bulan berturut-turut blog gw memposting hasil-hasil jepretan yang gw dapat dari traveling di negeri matahari terbit pada kurang lebih 2 minggu selama periode bulan Juli-Agustus 2014. Perjalanan selama 2 minggu di Jepang memberikan pengalaman baru dimana negara ini bisa menampilkan sisi kemajuan ekonomi dan manusia sekaligus sisi kebudayaan dan alam. Hebatnya, Jepang bisa menampilkan kedua sisi tersebut secara beriringan dan seimbang, dimana teknologi dan perekonomian mereka maju, namun kebudayaan dan kekayaan alam juga turut dilestarikan. Berbeda dengan negara besar semisal Amerika Serikat yang ekonomi, teknologi, dan SDM-nya maju namun degredasi moralnya juga turut merosot. Narkoba, Free Sex, LGBT, dll seakan menjadi hal yang umum di AS. Begitu pula dengan Indonesia yang budaya primordialisme dan etnosentrismenya terlalu kuat sampai-sampai masyarakatnya kurang memiliki niat untuk memajukan diri demi menyongsong kemakmuran. Lihat saja, dimana negara-negara lain sudah bisa memproduksi barang-barang canggih, bisa meluncurkan roket ke luar angkasa, memajukan ekonomi berdikari, sementara masih ada orang Indonesia yang memperdebatkan urusan mengucapkan selamat natal serta membuat statement kalau jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 merupakan azab bagi pemerintah karena Jokowi menaikkan harga BBM. 

Dua kasus dari Amerika Serikat yang masyarakatnya mengalami degradasi moral dan Indonesia yang masyarakatnya enggan berpikir maju merupakan bukti dari ketidak-seimbangan kemajuan ekonomi,IPTEK, SDM dengan budaya,moral, dan alam. 

Berbeda dengan Jepang (yang gw rasakan ketika berkunjung) sebagai negara yang mampu menyeimbangkan kedua unsur tersebut. Teknologi mereka sangat maju, masyarakatnya bisa berpikir maju dan terbuka pula, bahkan masyarakat Jepang bisa dibilang workaholic atau gila kerja (jelas berbeda dengan masyarakat Indonesia yang cenderung malas dan menganggap pekerjaan sebagai beban). Meski perekonomian mereka maju serta cenderung berbau kapitalis-liberal, tidak semata-mata mengubah kepribadian masyarakat Jepang menjadi egois dan liberal. Kepribadian dan karakter asli masyarakat Jepang tetap terjaga semenjak bakufu atau masa keshogunan kuno, dimana tanggung jawab, kehormatan, dan semangat bushido ala samurai tetap dijunjung tinggi. Bertahannya semangat bushido dalam kepribadian serta karakter bangsa Jepang dikarenakan bangsa Jepang setia menjunjung dan mempertahankan kebudayaan mereka yang telah diwariskan sejak jaman bakufu tersebut, mengingat kebudayaan merupakan perwujudan dari nilai-nilai kepribadian bangsa yang bersangkutan. Singkatnya, dimana ada kebudayaan di situ terdapat semangat bushido.

Jadi, dalam post ini, gw coba memilih 15 foto terbaik selama hunting di Jepang, baik itu dari Tokyo, Hakone, Fuji, Kyoto, Nara, dan Osaka. Melalui 15 foto terbaik ini, gw mencoba untuk menampilkan keseimbang dari dua sisi yang dimiliki Jepang tersebut, serta gw mencoba untuk memeberikan gambaran kepada kalian sebagai pembaca blog gw, dimana negara ini patut menjadi contoh yang baik bagi kehidupan kita semua, baik dari skala mikro, yakni diri sendri, sampai ke skala makro, yakni lingkup negara dan nasional. 

15 Best Shot tidak hanya menampilkan foto-foto (berikut ceritanya) yang gw tasa paling bagus diantara sekian banyak jepretan amatir gw selama di Jepang, tetapi 15 best shot juga merinci satu per satu informasi dari foto tersebut (cuman gak detail-detail amet, masih pakai bahasa awam). Di dalam post ini, gw juga bakal merevisi judul dari masing-masing foto (bila diperlukan), mengingat judul foto yang gw pasang di setiap post [FOTOGRAFI AMATIR] edisi Jepang merupakan judul yang bisa dibilang rada ngasal karena faktor kelelahan, ngejar deadline, dan tugas kuliah yang belum selesai.

Jadi kita mulai aja 15 Best Shotnya :) 

15. One Day at Shinjuku Station



Lokasi    : Shinjuku Station, Tokyo
Kamera  : Canon G12 Powershot

Foto ini gw diambil pada hari pertama perjalanan di Jepang. Hari pertama di Jepang dihabiskan dengan acara 'tersesat' di stasiun JR yang maha komplkes ala kota-kota besar dunia. Memang, pengalaman nyasar di stasiun merupakan hal yang wajar bagi turis yang berasal dari negeri yang sistem transportasinya belum begitu maju. 

Sebenarnya, foto yang gw ambil ini gw akui gak ada seninya dan gak ada tekniknya. Ini cuma foto biasa. Namun, alasan utama kenapa gw memberikan posisi 15 dan masuk 15 besar dari foto-foto keseluruhan gw selama di Jepang dikarenakan foto ini punya cerita. Foto ini seakan memberikan gambaran betapa sibuknya aktivitas manusia di stasiun-stasiun kereta kota Tokyo. Kesibukan warga Tokyo di setiap stasiun kereta yang ada di kota tersebut seakan diwakilkan oleh suasana yang gw temukan di stasiun Shinjuku. 

Kalau boleh menyamakan, stasiun Shinjuku di Tokyo ibarat stasiun Manggarai di Jakarta. Artinya, kedua stasiun tersebut merupakan stasiun besar di kotanya masing-masing. Stasiun yang besar memungkinkan adanya transit penumpang dari satu jurusan ke jurusan lainnya dan hal demikianlah yang membuat stasiun tersebut menjadi sangat ramai dan sibuk. Stasiun Manggarai yang menyandang predikat stasiun besar di Jakarta melayani 3 jurusan kereta listrik Jabodetabek, sementara stasiun Shinjuku melayani 12 layanan yang dikelompokkan kedalam 5 sistem layanan ! 

Kembali lagi soal kesibukan dan dinamika manusia di stasiun Shinjuku, foto diatas gw ambil saat jam makan siang, sehingga kondisi stasiun tidak seramai pada jam berangkat-pulang kerja. Meski tidak seramai jam kerja, tetap saja kondisi stasiun tetap sibuk pada saat jam makan, mengingat stasiun-stasiun besar di Jepang (di mata turis kayak gw) seperti layaknya sebuah mall ! Punya tempat makan, tempat belanja, tempat suvenir, mini market, dsb... 

Satu stasiun, beragam dinamika !


14. The Sun Above NHK Building



Lokasi    : NHK Building, Osaka
Kamera  : iPhone 5S

Urutan ke-14 gw berikan kepada salah satu foto yang gw dapatkan dalam perjalanan menuju Osaka Castle, yakni NHK Building, sebuah kantor stasiun televisi NHK yang berada di kota Osaka. NHK Building ini terintegrasi dengan stasiun JR Osaka, sehingga setelah keluar dari stasiun JR, kita pun langsung masuk ke dalam gedung NHK Building ini.

Bentuk gedungnya yang unik, yakni sebuah bola kaca yang diapit oleh dua bangun ruang membuat gw tertarik untuk mengabadikan foto daripada NHK Building. Dengan sedikit low angle ditambah cuaca yang sangat cerah (cenderung panas), jadilah foto ini.

Pada saat pengambilan gambar dengan kamera iPhone 5S, posisi matahari sedang berada diatas gedung ini (meski gak tepat diatas bola kacanya) dan tidak ada awan yang menghalangi sinarnya. Hal ini membuat gw bisa mengambil foto yang memiliki hiasan sinar matahari berikut pantulan sinarnya. (dibiaskan lewat kaca *gw bingung ngejelasinnya gimana*) 

Satu hl yang pasti, sinar matahari yang terfoto merupakan sinar asli, bukan editan dari lens flare photoshop.

13. Aiming...



Lokasi    : Owakudani, Hakone
Kamera  : Canon G12 Powershot

Foto bokeh antara sebuah teropong dengan bukit hijau khas Hakone sebagai latar belakangnya yang buram. Foto ini diambil di ketinggian 1044 meter di atas permukaan laut dan tempat ini dapat diakses melalui hakone ropeway, yakni kereta kabel yang membentang sepanjang 7,6 km dan berhenti di empat perhentian, dimana Owakudani merupakan salah satu pemberhentiannya. 

Foto yang gw ambil seakan memiliki cerita bahwa kita dapat mengagumi keindahan alam ciptaan Tuhan dari dekat maupun jauh. Kita pun bisa meneropong bukit dan gunung-gunung, tambang belerang, dan mungkin saja gunung Fuji bila cuaca cerah (sayangnya, kondisi gunung Fuji waktu gw berkunjung ke Hakone sedang berawan). 

Owakudani terkenal dengan potensi panas dari gunung berapinya, sehingga di tempat ini, kita dapat menjumpai tambang belerang, mata air panas, dan kekhasan Owakudani, telur hitam yang direbus di sumber mata air panas. Konon, dengan memakan satu buah telur hitam, umur kita dipercaya dapat bertambah tujuh tahun.. (katanya)

12. The Path to The Mountain..


  


Lokasi    : Hakone Tozan Railway, Hakone
Kamera  : iPhone 5S

Foto dengan urutan ke-12 ini merupakan salah satu foto favorit gw selama hunting di Jepang. Alasannya, karena foto ini menunjukkan adanya pertemuan antara hasil kebudayaan manusia (diwakilkan oleh rel kereta) dan alam (diwakilkan oleh pepohonan di samping kiri dan kanan rel kereta). 

Foto ini gw ambil di dalam sebuah kereta kabel (bukan kereta kabel yang melayang di udara) dan mungkin mirip trem yang berjalan menanjak dari stasiun Gora menuju stasiun Sounzan (di Souzan ini kita dapat naik Hakone Ropeway menuju Owakudani). Menanjak naik sampai ke ketinggian 214 meter di atas permukaan laut (stasiun Sounzan). Jadi ya dalam kondisi menanjak, gw memilih posisi di pantat kereta kabel untuk memotret pemandang di belakang kereta. Hasilnya pun seakan tampak bahwa ada sebuah rel kereta yang mengantarkan kita menuju sebuah gunung hijau.. Gw artikan gunung tersebut sebagai sebuah impian atau tujuan hidup mungkin (agak mendramatisir cerita)..

Lebih senengnya lagi kalau di foto tersebut, terdapat pepohonan dengan daun-daun hijau khas musim panas di Jepang..

11. Hokanji Temple


Lokasi    : Hokanji Temple, Kyoto
Kamera  : iPhone 5S

Foto ini gw ambil sebagai pembalasan atas foto low angle Hokanji Temple yang kurang maksimal (foto bisa dilihat di link yang sudah tercantum di atas). Foto ini gw ambil dalam perjalanan mendaki sebuah bukit menuju ke kuil Kiyomizu dera, sebuah kuil kayu yang sangat terkenal di Kyoto. 

Sepanjang perjalanan mendaki menuju Kiyomizu dera memang ada rasa capek, namun di kiri-kanan jalan terdapat beragam toko, baik itu restoran, toko oleh-oleh, toko aksesoris, toko parfum, sampai tempat penyewaan kimono yang kerap dikunjungi oleh para turis. Jadi capeknya gak terlalu capek-capek amet, apalagi setelah gw mendapat view Hokanji Temple dari atas bukit yang bentuk bangunannya berbentuk pagoda...

10. Close Up Deer Photoshot



Lokasi    : Nara Deer Park, Nara
Kamera  : Canon G12 Powershot

Nara Deer Park adalah sebuah taman rusa di kota Nara, dimana rusa-rusa disana dibiarkan lepas, hidup, dan berkembang biak di taman. Di kota Nara, rusa-rusa benar-benar dibiarkan lepas sehingga pemandangan rusa yang sedang menyebrang jalan, masuk ke toko oleh-oleh, masuk ke kuil sekitar, merupakan hal yang lumrah.

Ketika ada sebuah kesempatan untuk berinteraksi dan mendekati seekor hewan se-eksotis rusa, gw pun memiliki sebuah pengalaman baru dalam hobi fotografi gw ini, yakni memotret hewan dari jarak dekat (close up)  dan mungkin sangat dekat mengingat ketiadaan sekat ataupun kandang.

Foto ini gw hasilkan dengan memotret secara dekat kepala rusa betina (sekitar setengah meter atau mungkin kurang) ditambah zoom. Hasilnya sebuah foto bokeh. Sayang banget foto ini kurang sempurna, dimana bagian  telinga dari si rusa terpotong.. (sayang banget)

9. Above The Hill


Lokasi    : Hakone Ropeway, Hakone
Kamera  : iPhone 5S

Perjalanan naik ke Owakudani dengan Hakone Ropeway memberikan pengalaman baru bagi gw, yakni foto di udara. Foto di udara dengan menaiki kereta kabel (baru pertama kali coba, jadi rada lebay gitu) tentu aja berbeda dengan foto mainstream yang suka diambil travelers ketika mereka berada di dalam pesawat menuju destinasi wisata mereka (foto sayap pesawat + awan + gunung kalau ada dari jendela pesawat).

Foto dari jendela pesawat memang boleh dibilang sebagai foto di udara, tapi motret dari kereta kabel seperti yang gw alami dalam perjalanan menuju Owakudani memungkinkan gw untuk memotret pemandangan dari langit sampai hutan yang ada dibawah "kaki" gw. Penjelasan gampangnya sih, dengan naik kereta kabel, kita bisa menghasilkan foto pemandangan yang portrait atau vertikal. Berbeda dengan foto dari jendela pesawat yang menghasilkan pemandangan yang landscape atau horizontal (mengingat diameter jendela pesawat yang sempit).

Oke, kembali ke soal fotonya, satu hal yang menarik perhatian gw di kereta kabel serta perjalanan menuju ke Owakudani adalah area hutannya. Sebenarnya, pengalaman naik kereta kabel melewati hutan sudah pernah gw rasakan ketika mengunjungi Genting, Malaysia (Genting Highlands) pada tahun 2010 silam. Namun, hutan yang gw "terbangi" di Hakone memiliki perbedaan mencolok daripada hutan di Genting. Perbedaan tersebut adalah soal vegetasi atau keanekaragaman flora. Vegetasi yang gw lihat di Genting merupakan jenis vegetasi dari hutan hujan tropis, dimana pohonnya besar-besar dan warna hijau daunnya homogen. Berbeda dengan di Hakone, dimana warna daunnya lebih beragam. Keberagaman warna daun bisa dikaitan dengan keberagaman jenis tumbuhan. Jadi, sepanjang perjalanan menuju Owakudani, gw bisa menemukan daun yang berwarna jingga, merah, kuning, dan cokelat. Meskipun gw datang pada saat musim panas, tampaknya vegetasi di hutan Hakone sudah mulai siap memasuki musim gugur (?) 

8. The Skytree



Lokasi    : Tokyo Skytree, Tokyo
Kamera  : iPhone 5S

Salah satu menara jangkung di kota Tokyo selain Tokyo Tower (sayang gak sempat dikunjungin), yakni Tokyo Skytree. Untuk memotret Tokyo Skytree persis dari kaki menaranya dan untuk menghasilkan foto low angle (memang cuma foto ini aja yang memungkinkan untuk dihasilkan dari kaki menara), gw harus tiduran (bener-bener tidur) di aspal jalanan Tokyo yang terpanggang sinar matahari. Untungnya, jalanan di sekitar kaki Tokyo Skytree termasuk jalanan yang sepi (modelnya kayak jalan-jalan tikus gitu), jadi ya bisa dibilang memungkinkan untuk gw tidur-tiduran di jalanan aspalnya, sembari lihat kiri-kanan ada mobil yang lewat atau enggak. 

Kalau kalian lihat lagi post gw seputar perjalanan di Tokyo (link ada di atas), gw memotret beberapa foto low angle Tokyo  Skytree. Hanya saja, dari beberapa foto low angle yang gw post di post tersebut, foto inilah yang gw pilih masuk kedalam 15 Best Shot.

Alasan mengapa gw memilih foto ini dikarenakan gw ingin memperlihatkan betapa tinggi dan gagahnya Tokyo Skytree jika di foto dengan cara yang gw lakukan. Kalau gw nge-post foto puncaknya aja, kesan tinggi dan gagah dari Tokyo Skytree ini mungkin tidak kalian dapatkan.

Seperti menantang langit......


7. The Garden of Harmony



Lokasi    : Kiyomizu dera, Kyoto
Kamera  : iPhone 5S

Gazebo dan taman ini merupakan salah satu sudut atau bagian dari kuil Kiyomizu dera, Kyoto. Hal yang membuat gw tertarik untuk memotret taman ini dikarenakan gaya arsitektur taman atau penataannya merupakan penataan taman khas jepang, yang mungkin akan sulit gw temukan di Indonesia.

Bagi gw, keunikan yang terdapat di setiap taman-taman gaya jepang adalah pemilihan vegetasi yang sesuai dengan wujud budaya manusia jepang (contohnya gazebo seperti di dalam foto). Tampaknya, setiap bentuk penataan taman di jepang selalu melibatkan unsur budaya dan spirutalitas dari masyarakat jepang itu sendiri dan perpaduan antara tanaman dengan perwujudan fisik budaya-spiritualitas masyarakat jepang membuat taman-taman gaya jepang memiliki kesan unik di mata orang asing. 

Berkaca pada alasan itulah, mengapa kita kerap kali menjumpai orang jepang membangun tempat berdoa di taman dan melaksanakan ibadatnya disana. Hal seperti ini pulalah yang gw jumpai di hampir setiap kuil-kuil yang gw kunjungi dalam perjalanan di Jepang. 

Kesimpulan dari foto ini sih, kapan lagi gw bisa melihat dan motret di taman gaya jepang, punya unsur spiritual-budaya jepang, di potret di jepang, dan ditata sendiri oleh orang jepang.

6. The Great Lantern of Senso-ji Temple



Lokasi    : Senso-ji Temple, Tokyo
Kamera  : Canon G12 Powershot

Lampion kertas raksasa ini merupakan ikon dari Senso-ji Temple (tentunya selain bangunan kuil itu sendiri), atau bisa yang dikenal sebagai Asakusa Senso-ji Temple (merajuk pada distrik Asakusa). 

Lampion merah ini tergantung pada Kaminari mon atau gerbang peitr sebagai pintu gerbang utama memasuki kuil. Gerbang ini, dalam kepercayaan masyarakat jepang, merupakan gerbang pemisah kehidupan fana dengan spiritual.

Dalam foto ini, gw mencoba untuk memfokuskan atau menitik beratkan pada lampion merah itu sendiri ketimbang gerbangnya secara keseluruhan. 


5. A Toro In The Middle of A Lake




Lokasi    : Kinkaku-ji Temple (Golden Pavilion), Kyoto
Kamera  : iPhone 5S

Foto ini mewakilkan ketertarikan gw akan seni tata taman ala masyarakat jepang. Seperti yang gw bilang pada foto sebelumnya (The Garden of Harmony), taman gaya jepang menampilkan sebuah keselarasan antara alam dan budaya-spiritualitas masyarakat jepang. 

Berbicara soal foto pada urutan ke-5 ini, gw ingin kembali memberikan gambaran akan keselarasan tersebut, yakni dengan adanya sebuah toro atau lampion batu yang berdiri di tengah-tengah sebuah danau kecil yang merupakan bagian dari taman Kinkaku-ji Temple (a.k.a Golden Pavilion/kuil emas). 

Sekilas soal taman di Kinkaku-ji Temple, First impression gw saat memasuki area kuil: "ini taman atau hutan..." Tamannya bener-bener luas dan pohonnya pun besar-besar layaknya sebuah hutan. Satu hal yang membuat gw mengakui bahwa "hutan" di kuil Kinkaku-ji sebagai taman adalah dengan adanya penataan dan foto diatas merupakan salah satu bentuk dari penataan tersebut.

4. The City of Thousand Lanterns



Lokasi    : Dotonbori, Osaka
Kamera  : iPhone 5S

Judul dari foto ini gw ambil persis dari apa yang telah gw post di instagram gw. Melihat foto ini, gw merasa miris ketika harus pulang ke Jakarta dan mendapati sungai-sungai besar di ibukota tercinta bagaikan bumi dan langit jika dibandingkan dengan apa yang gw jumpai di Dotonbori.

Bisa kalian liat sendiri di foto yang gw ambil di sudut Dotonbori, sungainya sangat teramat bersih, di kiri-kanan sungai bisa dilihat ada tempat untuk para pejalan kaki dan di sampingnya barulah terdapat gedung-gedung entah itu restoran, tempat belanja (dotonbori terkenal sebagai surga belanja di Osaka), klub malam, hotel, dan sebagainya. Untuk menambah keindahan kawasan ini, dipasanglah ribuan lampion kertas dan tentu penanaman pohon di sepanjang tempat berjalan kaki. Sungai yang bersih pun dimanfaatkan oleh pemerintah setempat untuk menyediakan sarana transportasi berupa water taxi yang siap mengajak wisatawan untuk mengelilingi sungai dan mengagumi kegerlapan kota air, Osaka. 

Penataan sungai seperti foto diatas benar-benar kontras dengan keadaan di sungai-sungai maupun waduk di kota Jakarta. Bukannya tempat berjalan kaki atau gedung-gedung yang tertata rapi, malahan pemukiman kumuh-liar yang dijumpai. Kalau kalian mengunjungi kawasan ini, kalian pasti mendapat alasan untuk membenarkan dan mendukung pak Ahok untuk merelokasi (bahasa sopannya) pemukiman liar dan menata kawasan tersebut.

Gw berharap, foto diatas menjadi motivasi bagi kita untuk turut membantu dan berkontribusi demi terciptanya Jakarta Baru. Gak cuma di Jakarta, gw pun berharap ada motivasi yang tumbuh bagi masyarakat baik itu kota besar, kota kecil, sampai ke tingkat desa untuk bersama-sama mewujudkan kemajuan di daerah masing-masing. Amin...

3. A Way to Pray


Lokasi    : Fushimi Inari, Kyoto
Kamera  : Canon G12 Powershot

Layaknya pemeluk agama islam yang mengambil air wudhu sebelum sholat, pemeluk agama shinto juga melakukan hal yang sama sebelum melaksanakan ibadah mereka di kuil, hanya saja cara yang dilakukan dalam membersihkan diri berbeda.

Foto ini merupakan sebuah potret dari chouzu dokoro, semacam bak air yang dialiri bambu tempat pemeluk agama shinto membersihkan diri sebelum berdoa.

Sebelumnya, gw menyebutkan pemeluk shinto memiliki cara berbeda dalam membersihkan diri dengan cara yang dilakukan pemeluk agama islam. Pemeluk shinto mengambil air dengan cara menciduk aliran air yang keluar dari bambu di chouzu dokoro dengan gayung kayu dan membasuh kedua tangannya. Maksud dari cidukan pertama dan membersihkan tangan ini sebagai tanda penyucian tubuh. Setelah mencuci tangan, mereka menciduk air untuk kedua kalinya, menadahkan air di tangan, memasukannya ke mulut untuk dikumur (bukan diminum), lalu membuangnya ke tanah. Cidukan kedua dan berkumur merupakan upaya untuk menyucikan perkataan. Barulah setelah membersihkan diri, pemeluk shinto bisa pergi ke kuil utama untuk berdoa. 

Pembersihan diri ini tidak hanya berlaku untuk pemeluk agama shinto yang ingin berdoa dan memasuki kuil saja, tetapi pengunjung dan wisatawan pun diharuskan untuk melakukan penyucian jika ingin memasuki kuil. 

(Referensi: https://japanohjapan.wordpress.com/2012/04/12/tata-cara-berkunjung-ke-kuil-di-jepang/)

2. Hopes and Dreams In a Torii 



Lokasi    : Fushimi Inari, Kyoto
Kamera  : Canon G12 Powershot

Salah satu foto bokeh yang gw ambil di Fushimi Inari ini merupakan kumpulan dari ratusan torri (gerbang masuk kuil shinto) berukuran mini yang bertuliskan mimpi dan harapan dari setiap peziarah, pengunjung maupun wisatawan Fushimi Inari. 

Ribuan torii mini ini dikumpulkan di suatu tempat dimana pendeta shinto akan mendoakan ratusan torii ini dengan harapan, impian yang tertulis akan terkabul. 

Di Fushimi Inari, tidak hanya torii mini yang menjadi media untuk menulis impian, tetapi ada pula media lain seperti papan kayu yang berbentuk persegi maupun papan kayu yang berbentuk wajah kitsune (rubah penjaga kuil). Kegunaannya sama, untuk menulis impian dan harapan. 

1. The Stone that Pours Down The Water



Lokasi    : Fushimi Inari, Kyoto
Kamera  : Canon G12 Powershot

Foto urutan pertama sepanjang perjalanan gw di Jepang, jatuh kepada sebuah batu (mungkin keramik lebih tepatnya) yang mengeluarkan air penyucian di sebuah chouzu dokoro.

Foto bokeh ini memberikan kesan tenang, kalem, lembut, damai, dan sebagainya (bagi gw). Konsep dari foto ini sebenernya sama dengan foto di urutan ke-3 yakni sebuah aliran air penyuci sebagai awal untuk bertemu dan berdoa pada dewa, namun yang membuat foto ini berbeda dari foto nomor-3 adalah penempatan gayung kayu sebagai latar belakang dan memfokuskan gambar/foto pada aliran air dan si batu keramik. Hasilnya sebuah foto bokeh yang menggambarkan suasana spiritual yang damai..

Penutup

Dari ke lima belas foto terbaik yang gw ambil selama perjalanan di Jepang, menempatkan kota Kyoto sebagai kota yang paling menarik untuk di eksploarsi, khususnya bagi fotografer maupun traveler. Kota Kyoto seakan-akan menjadi sejarah hidup, dimana dinamika antara manusia dengan budaya dan sejarah benar-benar terasa.


Namun, statement gw ini bukan berarti gw memojokkan kota-kota lain seperti Tokyo, Osaka, dan Nara. Begitu pula dengan wisata alam sekelas Hakone dan Gunung Fuji. Masing-masing tempat tersebut memiliki ciri khas yang benar-benar kuat sehingga gw sebagai wisatawan pun merasakan "atmosfer" yang berbeda setiap memasuki tempat-tempat yang baru. Kita bisa melihat, di satu sisi kota Tokyo dan Osaka memiliki kemajuan super akan peradaban manusia jepang, sementara Kyoto dan Nara memiliki awal dari peradaban tersebut. Di sisi yang lain, Hakone dan Fuji menjadi "ibu" dari bumi negeri matahari terbit yang turut melahirkan peradaban manusia jepang.

Setiap perjalanan yang gw lalui selama kurang lebih dua minggu di Jepang seakan memiliki korelasi antara penciptaan, permulaan, dan perkembang sebuah siklus panjang  yang bernama peradaban manusia, dan gw menemukannya di sebuah tempat bernama Jepang.

Entah di belahan Bumi mana lagi gw akan menemukan sebuah siklus dari peradaban panjang kehidupan manusia ?
_________________________________________________________________________________

Demikian 15 Best Shot [FOTOGRAFI AMATIR]: Hunting di Jepang !!
Untuk foto-foto lainnya yang non best shot bisa ditelusuri lewat link-link yang telah gw cantumkan di setiap fotonya.

Gw pun memohon kritik dan saran (bila ada), Mohon maaf bila masih terdapat kekurangan dari post ini, Sampai jumpa di lain kesempatan dan terima kasih :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Novena Tiga Salam Maria: Mukjizat Bunda Maria Menyertai Kita !! (Gw saksi hidupnya brow !!)

Panduan Menulis Esai Untuk Mahasiswa Baru

[BEDAH LAGU]: Chrisye - Kisah Kasih di Sekolah (2002)