#Proud: Perjalanan "The Reds" di Musim 2013/2014
Liga inggris baru saja berakhir, dengan Manchester City sebagai juaranya.. Sedikit greget mengingat gw sebagai seorang kopites (kopites loh, bukan Liverpudlian) harus menyaksikan tim kesayangan "nyaris" menjadi juara EPL...
Namun apa pun hasil yang dicapai tim kesayangan, patut di syukuri mengingat perjuangan mereka yang bener2 bukan main hebatnya.. Sekalipun gagal meraih juara, tapi fighting spirit anak asuh Brendan Rodgers luar biasa..
Untuk merangkum perjalanan Liverpool F.C selama musim 13/14, post ini gw terbitkan, khususnya kepada para kopites dan liverpudlian dimana pun kalian berada.. Kita harus bangga buat anak2 Liverpool brow :)
Berikut post dari gw:
#proud #MakeUsDream #YNWA #JFT96 !!
Design by: Dian Qamajaya
Persiapan Awal Musim 13/14
Untuk menjadi sebuah tim dengan penampilan impresif, tentu butuh persiapan matang.. Begitu pula dengan LFC sesaat sebelum menjalani EPL musim 13/14.. Persiapan itu sendiri, sebagaimana lw pada tau, terdiri atas 2 hal, yakni transfer pemain dan pertandingan pra-musim.
Pertama ngomongin transfer pemain beserta efeknya.. Gw pribadi, pada masa bursa transfer khawatir.. Khawatir kenapa, karena banyaknya rumor yang mengatakan bahwa Luis Suarez akan pindah dari LFC. Sebenernya bukan rumor juga sih brow, emang nyatanya ada 2 klub yang tertarik mendapatkan tanda tangan Suarez, yakni Arsenal dan Real Madrid (tapi lebih nonjol Arsenal).. Manajemen klub menolak tawaran, namun Suarez ngebet pengen pindah.. Hal ini dikarenakan pencapaian Liverpool yang kala itu Suarez nilai tidak mampu lolos ke Liga Champion (musim 12/13).. Fans Liverpool juga mulai pesimis dan kesal pada sikap Suarez. Namun Suarez bertahan mengingat dukungan fans yang luar biasa kepada dirinya, terutama di saat kasus rasialisme dengan Evra, dan penggigitan lengan Ivanovic. Bertahannya Suarez di LFC memberi dampak postif bagi klub, dimana Suarez memeberikan kontribusi besar pada LFC untuk menjadi runner up EPL, serta meloloskan LFC ke UCL... Ditambah lagi, Suarez adalah top scorer liga inggris musim ini.
LFC, dalam bursa transfer musim panas membeli 6 pemain yakni: Kolo Toure, Simon Mignolet, Mamadou Sakho, Luis Alberto, Iago Aspas, dan Tiago Ilori. Selain itu, LFC juga meminjam 2 pemain yakni Victor Moses (Chelsea), dan Aly Cissokho (Valencia)..
Untuk pemain yang keluar, LFC menjual Stewart Downing, Jonjo Shelvey, dan mungkin masih ada lagi (sumpah brow gw gak inget), dan pemain yang dipinjamkan: Pepe Reina, Fabio Borini, Suso, Oussama Assaidi, Conor Coady, Jack Robinson, dan Andre Wisdom.
Menurut analisa gw, dari pemain masuk, yang paling berkontribusi untuk klub hanya Mignolet dan Sakho. Adapun dari pemain pinjaman yakni Victor Moses. Mignolet bermain gemilang, meski minim pengalaman di klub besar. Kekhawatiran akan penjaga gawang LFC pasca dipinjamkannya Reina ke Napoli bisa diatasi oleh permainan Mignolet.. Sakho, dikenal sebagai bek tangguh, tetapi mulai jarang dipakai menjelang akhir musim, juga memiliki andil dalam pertahanan klub. Terakhir Victor Moses yang cukup bersinar di awal musim sebagai seorang winger. Pemain lain, tampaknya kurang bersaing dengan pemain yang sudah ada.. Contohnya saja Kolo Toure yang jarang dipakai dan sering membuat kesalahan, ataupun Iago Aspas yang seakan masuk ke LFC hanya untuk "mengantisipasi" kepergian Suarez di bursa transfer musim panas. Begitu pula dengan Luis Alberto yang jarang dipakai, dan hanya untuk menggantikan Coutinho.
Untuk pemain yang keluar, amat disayangkan kepergian Downing, sebagai seorang winger yang cukup tajam. LFC juga harus ditinggal Reina sebagai penjaga gawang utama, Borini, dan Suso juga dipinjamkan.
Namun, melihat bursa tranfser, Rodgers tidak asal dalam memilih pemain, maupun kehabisan uang sehingga kurang bisa melihat pemain yang profesional. BR (Brenda Rodgers), cenderung membeli pemain muda yang berbakat untuk mempersiapkan tim Liverpool di masa mendatang (jangka panjang), ketimbang beli pemain profesional namun sudah tidak muda. Pemain muda seperti Luis Alberto, dan Ilori ditransfer oleh Rodgers ke tim Liverpool U-21 agar mereka tetap produktif disana (terutama Alberto yang menunjukan perkembangan di tim U-21) Begitu pula dengan pemain pinjaman, seperti Borini, Suso, dan pemain muda lainnya agar produktif di klub pinjaman.
Setelah ngomongin soal bursa transfer, kali ini kita coba menengok pertandingan pra-musim. Pada masa pertandingan pra-musim, BR cenderung menurunkan skuad muda, sehingga pemain seperti Jordan Ibe, Alberto, Raheem Sterling, dsb bisa menunjukkan kemampuannya.. Beruntung pula, tur LFC 2013, sempat berkunjung ke Jakarta untuk melawan tim Indonesia (meski bukan Timnas, tetapi di-isi pemain timnas). Selain itu, tur pra musim juga memberi tantangan kepada pemain muda, dimana mereka tidak didukung oleh pemain senior, semacam Sturridge dan Suarez. Begitu pula dengan Gerrard yang kala itu baru pulih cedera. Tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemain muda, dan hasilnya di liga inggris, pemain muda juga berperan dalam memberikan permainan impresif.
Awal Musim
Cukup berat bagi LFC di awal musim, meski sempat meraih 3 kali kemangan beruntung, 4 pertandingan tak terkalahkan, dan harus kalah di kandang sendri kala jumpa Southampton. Striker hanya mengandalkan Sturridge, dan Aspas yang belum bisa beradaptasi di Liverpool, ditambah Suarez yang harus terkena sanksi larangan 5 pertandingan. Namun tim ini nyatanya, tanpa Suarez bisa menang melawan Man.Utd di Anfield.
Awal musim yang kurang impresif, ditambah sedikit mencetak gol tentu menjadi tantangan bagi pemain yang ada. Di awal musim, Rodgers seakan mengandalkan pemain baru ketimbang pemain yang sudah ada. Tak hanya itu saja, masih ada pula pemain lama yang di dera cedera.
Pada masa ini pula, Steven Gerrard mencetak gol ke-100 di EPL kala jumpa Newcastle.
Pada masa ini pula, Steven Gerrard mencetak gol ke-100 di EPL kala jumpa Newcastle.
Pertengahan Musim
Pada masa ini, asa Liverpool untuk menjadi juara sudah terlihat. Kembalinya Luis Suarez menjadi keuntungan tersendiri bagi Liverpool, dimana setelah terkena sanksi, ia menjadi pencetak gol tersubur di liga inggris, bahkan Suarez mencetak rekor, mencetak hattrick di klub yang sama (Norwich City). Di masa ini pula, dikenal duet SAS (Suarez and Sturridge), dimana keduanya menjadi duet maut di inggris bahkan Eropa, menjadi duet tersubur di EPL. Namun trend positif SAS sempat terhenti ketika Sutrridge menderita cedera pasca membela timnas inggris. Cederanya Sturridge tidak menghalangi Suarez dalam mencetak gol, bahkan ia menjadi mesin pencetak gol tersubur. Absennya Sturridge, meski tidak berpengaruh pada Suarez, melemahkan lini serang LFC meski kecil pengaruhnya. Absennya Sturridge, memberikan kesempatan pada Raheem Sterling untuk lebih maju ke depan, hasilnya ia bisa menggantikan posisi Sturridge, dan berkontribusi pada Suarez.
Pada masa ini, Liverpool tidak hanya kehilangan Sturridge, tetapi juga Gerrard. Sang kapten yang dibekap cedera seakan mengurangi aliran bola dari tengah menuju ke depan. Meski pada masa ini Liverpool bisa "di puncak pohon natal" (istilah untuk pemimpin klasemen pada bulan Desember), namun kekuatan Liverpool seakan bertumpu pada Suarez sebagai mesin gol.. Pada masa ini pula, Liverpool terpaksa turun dari puncak pohon natal, manakala harus bertanding dalam boxing day, kalah dua pertandingan berturut-turut oleh Chelsea dan Man.City pada laga tandang.
Pada masa ini pula, bek Liverpool mulai sering melakukan kesalahan, terutama Martin Skrtel yang kalo gak salah 2-3 kali melakukan gol bunuh diri. Bek Liverpool juga mulai terpancing maju ke depan, namun kesalahan belum fatal.. Majunya bek-bek Liverpool ke depan, juga memberikan daya dobrak tertentu bagi pertambahan gol, contohnya aja assist Glen Johnson kepada Suarez, atau kemampuan Martin Skrtel dalam mengeksekusi bola sepak pojok.
Awal Tahun
Awal tahun 2014, kembali bek Liverpool sering membuat kesalahan, dan mulai fatal, khususnya Kolo Toure yang banyak membuat kesalahan, dan malah berujung pada gol bunuh diri. Namun, kesalahan yang sering dilakukan bek tersebut tidak sampai berbuah kekalahan pada the kop sampai kekalahan atas Chelsea. Pada masa ini, Sturridge dan Gerrard kembali dari cedera. Raheem Sterling makin tampil impresif sebagai wing dalam mendukung serangan dari SAS. Gelandang sekelas Joe Allen, dan Jordan Henderson juga sering membantu penyerangan, yang berbuah pada gol. Coutinho juga tampil baik pada masa ini.
Menuju Akhir Musim
Menjelang akhir musim, pada masa ini Liverpool berhasil meraih 12 kali kemenangan berturut-turut, menyingkirkan klub besar dengan pesta gol, seperti 4-0 atas Everton, 5-1 atas Arsenal, 4-0 atas Tottenham, dan 3-0 atas MU di Old Trafford. Masa ini pula, pemain muda makin menjadi-menjadi. Tidak hanya Sterling, Coutinho, ataupun gelandang muda yang mulai beranjak "senior" seperti Allen dan Henderson, tampil di pertahanan, Jon Flanagan. Flano mulai mendapat perhatian pendukung Liverpool ketika menggantikan Daniel Agger yang cedera. Menurut gw sendiri, penampilan impresif Flano muncul ketika LFC berhadapan MU di Old Trafford. Meski masih muda, ia mampu melakukan intercept penyarang MU yang tentu lebih senior dan berpengalaman. Flano juga "mengalah" berada di belakang, mana kala bek lain seperti Skrtel, dan Johnson maju ke depan.
Tren positif 12 kali kemenangan terhenti mana kala LFC dikalahkan oleh taktik "parkir bis" Chelsea di Anfield, berlanjut pada ditahan imbang 3-3 oleh Cyrstal Palace. Dua kekalahan terakhir menjelang pertandingan pamungkas mulai menunjukkan kelemahan Liverpool di sektor pertahanan yang rentan akan serangan balik.
Akhir musim, meski LFC gagal menjadi juara, namun target awal musim tercapai, yakni 4 besar dan menembus zona liga champion.
Kini kami siap bersaing kembali di Liga Champion setelah 4 tahun absen #WeAreBack
Faktor Intern Keberhasilan LFC
Permainan impresif musim ini, didukung oleh berbagai faktor, salah satunya faktor intern LFC itu sendiri. Berikut uraiannya:
1.Brendan Rodgers
Tahun pertama Rodgers kurang impresif. Ia hanya bisa membawa Liverpool meraih posisi ketujuh klasemen pada musim 12/13. Rodgers dainggap mengubah filosofi permainan Liverpool dari kick n' Rush (mengandalkan kecepatan fisik, umpan panjang) menjadi tiki taka (umpan pendek). Namun, dengan mengubah filosofi inilah, di musim berikutnya Liverpool produktif akan gol dan mendapat tempat kedua di klasemen. Umpan pendek nyatanya lebih efektif dalam kerja sama tim, khususnya sektor depan yang dimotori SAS. Rodgers juga seorang yang pandai membaca kelemahan lawan, dan celah pertahanan musuh. Rodgers bisa menampilkan skema permainan menyerang dari sayap, maupun dari lapangan tengah, tergantung cara pandangnya terhadap kelemahan lawan.
Tak hanya itu saja, Rodgers juga melakukan regenerasi dengan memainkan pemain muda, meminjamkan pemain muda, maupun memindahkan pemain muda ke level yang lebih rendah. Tentu diharapkan, pemain muda LFC bisa produktif dan profesional untuk jangka panjang. Rodgers juga menyebut bahwa Liverpool saat ini layaknya Borussia Dortmund musim lalu, dengan pemain muda yang kebanyakan berasal dari akademi (cetakan sendiri) bisa memberikan permainan yang gemilang.
2.SAS
Sebelum datangnya Sturridge pada bursa transfer musim dingin tahun 2013, Suarez seakan menjadi striker tunggal, meski ada Fabio Borini atau Assaidi. Namun, datangnya Sturridge seakan memunculkan kerja sama diantarnya, untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya. Keduanya saling mengumpan untuk mencetak gol, terutama Sturridge pada Suarez. Duet terbaik saat ini pun akhirnya diberi julukan SAS. Ada pula yang mengartikan duet ini layaknya prajurit SAS (Special Air Service), prajurit elit milik Inggris.
Hasil duet ini: Suarez (31 gol), Sturridge (21 gol). Keduanya mencetak 52 dari 101 gol yang dicetak Liverpool (sekitar setengah gol Liverpool). Suarez menempatkan dirinya sebagai top scorer EPL, disusul Sturridge.
3.Pemain Muda
Musim ini menjadi bukti keberhasilan regenerasi pemain muda oleh Brendan Rodgers untuk jangka waktu saat ini. Raheem Sterling tampil brilian sebagai winger, tak canggung dalam menyerang dan berhadapan dengan bek lawan yang senior dan berbadan lebih besar. Begitu pula dengan Coutinho sebagai jenderal serangan tengah, yang kerap datang secara tiba-tiba. Jon Flanagan yang tampil sebagai bek berani meng-intercept pergerakan striker lawan.
Entah siapa lagi pemain muda yang akan mengisi starting eleven di musim mendatang..
4.Steven Gerrard
Tidak lagi aktif dalam menyerang bukan berarti Gerrad tidak bisa lagi mencetak gol dan mendukung serangan. Nyatanya captain fantastic berhasil mencetak 13 gol dan 13 assist, menjadikan dirinya sebagai top assists di EPL.
Musim ini, BR sengaja menarik Gerrard lebih bermain ke belakang, mengingat legenda hidup Liverpool itu sudah berusia, kecepatannya tidak secepat dulu, dan sering mengalami cedera. Ditariknya Gerrard ke belakang membuat pemain ini dapat tampil di 34 pertandingan, dan hanya sekali mengalami cedera. Selain itu, Gerrard jugalah kapten yang menginspirasi tim dalam setiap pertindangan.
Faktor Ekstern Keberhasilan LFC
Berikut faktor ekstern keberhasilan LFC:
1.Manchester United dan David Moyes
Salah satu rival utama dalam perebutan gelar juara, Manchester United, yang juga raja sepak bola inggris mengalami kemunduran drastis pasca pensiunnya Sir Alex Ferguson. Penunjukkan David Moyes untuk mengganti Sir Alex, khususnya Moyes dipilih Sir Alex sendiri dipandang sebagai kemunduran MU sebagai tim juara, dan diakhir musim bertengger di posisi ketujuh klasemen.. Tidak mendapat tiket Liga Eropa, apalagi Liga Champion.
Sebenarnya Moyes memiliki kompetensi sebagai seorang pelatih yang profesional. Menokangi Everton selama 11 tahun, membangun Everton sebagai penghasil pemain profesional, dan sudah lama merasakan asam garam EPL, menjadi alasan tersendiri bagi Sir Alex untuk menunjuk Moyes sebagai penggantinya.
Namun, musim pertama Moyes dengan MU tidaklah semulus yang dibayankan. Labil di laga uji coba, kalah di Thailand dan Jepang, namun kepercayaan kembali meningkat pasca memenangi Community Shield, namun anjlok di EPL, merupakan hasil yang diberikan Moyes dengan the red devils.
Lalu, apa efeknya terhadap Liverpool ? Tentu saja, kemunduran MU memberi kesempatan pada tim-tim besar lainnya untuk merebut posisi atas klasemen. Untuk persaingan khusus dengan Liverpool sendiri, MU kalah di Anfield maupun di Old Trafford pada musim ini. Kalah 1-0 di Anfield, dan 3-0 di Old Trafford. Moyes sendriri bahkan sudah memberikan "kekalahan" psikologis pada anak asuhnya saat Liverpool bertandang ke Old Trafford, yang katanya, Moyes membuat pernyataan: "Saya tahu saat ini lawan lebih diunggulkan daripada kita." Namun pada musim ini, Moyes sempat memimpin MU mengalahkan Liverpool pada piala liga /carling dengan menang 1-0 di Old Trafford. Moyes pun sebenarnya sudah terbiasa melawan Liverpool saat menjadi manajer Everton, dengan 11 musim menjalani derbi Merseyside. Namun, membawa MU tentu berbeda dengan Everton ketika melawan Liverpool bukan ?
2. "Badai" Cedera Arsenal
Arsenal pada awal musim, tampil sebagai kandidat juara, bertengger paling lama di puncak klasemen, namun harus jatuh ke peringkat 4 manakala musim 13/14 berakhir. Pada awal musim, Arsenal begitu konsisten, tampil sebagai tim yang haus gol, dengan pemain muda yang berbakat. Sempat pula mengalahkan Liverpool di The Emirates Stadium 2-0. Arsenal tampil begitu memukau di awal musim, terutama duet Giroud-Ramsey, Walcott, dan kehadiran ahli assist, Mesut Ozil, dan segudang pemain muda berbakat lainnya.
Namun, keadaan berbalik manakala pemain muda Arsenal yang begitu hebat dan berbakat harus mengalami cedera satu per satu. Mulailah Arsenal menjadi sasaran pembantaian oleh tim-tim besar. Kalah 3-0 oleh Everton, 5-1 oleh Liverpool, dan dibantai 6-0 oleh Chelsea pada laga ke-1000 Arsene Wenger melatih Arsenal.
Badai cedera Arsenal seakan menjatuhkan the gunners dari perebutan juara liga.
3.Tottenham Hotspur dan Gareth Bale
Penjualan Bale ke Real Madrid dengan transfer 91 juta Euro (setara 1,5 triliun rupiah) memberikan Tottenham pemasukan besar, dan dibelanjakan untuk membeli pemain lain. Hal ini menjadikan Tottenham sebagai klub terboros di Liga Inggris dan Eropa pada musim ini.
Namun pengeluaran Tottenham tidak diiringi oleh permainan impresif. Meski memiliki materi pemain baru, nyatanya pemain-pemain tersebut kurang berkontribusi pada performa Tottenham. Banyak pengamat sepak bola menyayangkan keputusan menjual Gareth Bale. Hal ini dinilai, karena Tottenham dengan Gareth Bale di musim-musim sebelumnya lebih baik, ketimbang Tottenham tanpa Gareth Bale musim ini.
Lalu apa efeknya kepada Liverpool ?
Pada masa kelabilan performa Liverpool pada kurun waktu 2010-2013, klub papan tengah seperti Tottenham mampu mengalahkan Liverpool, terutama karena ada faktor Bale disana. Pada masa kemunduran Liverpool inilah, Tottenham mampu menjadi tim besar yang kompetitif di Liga Inggris. Namun, Tottenham yang sekarang seakan mengalami kemunduran performa sekalipun sempat dilatih oleh Andres Villas Boas dan memiliki pemain bintang hasil pembelian "uang" Gareth Bale. Dalam pertemuan dengan Liverpool, Tottenham sempat dibantai 5-0 oleh LFC di White Hart Lane, meski LFC tanpa Gerrard dan Sturridge. Di Anfield, lagi-lagi Tottenham dibantai 4-0, yang berarti pertemuan keduanya di Liga Inggris berbuah pada 9 gol yang dimasukkan Liverpool ke gawang Tottenham, dan clean sheet pula.
4.Absen di Liga Champions
Performa LFC di musim 12/13, tidak memungkinkan mereka masuk ke Liga Eropa, apalagi Liga Champions, membuat tim "beristirahat" dari liga bergengsi yang terkenal berisikan klub-klub terbaik Eropa, pemain terbaik Eropa, dan pertandingan yang keras. Absen di Liga Champions membuat BR memiliki konsentrasi di Liga Inggris, membangunnya menjadi tim yang baik. Berbeda dengan Chelsea dan Manchester City, serta Arsenal, yang harus membagi waktu dan konsentrasi antara Liga domestik dan Eropa. Berbeda pula dengan Manchester United yang harus bekerja keras karna terseok-seok di Liga domestik, dan Eropa. Liverpool memiliki waktu konsentrasi lebih banyak.
Musim depan, dimana Liverpool akan berlaga di Liga Champion pertama kali setelah absen 4 tahun, menjadi tantangan bagi Rodgers dan tim untuk bisa membagi waktu berkonsentrasi dalam setiap pertandingan.
5.Dukungan Fans
Fans adalah pemain ke-12 bagi sebuah tim. Tanpa mereka, tim tidak akan termotivasi untuk bermain dengan baik. Begitu pula Liverpool dengan para Liverpudlian (fans dari kota Liverpool) maupun Kopites (fans di luar kota Liverpool/seluruh dunia). Fans membawa pengaruh besar bagi sebuah tim. Fans mampu mengekspresikan dukungan mereka lewat berbagai cara. Fans tak henti-hentinya menyanyikan lagu kebesaran LFC. Berkali-kali nonton laga Liverpool di TV, membuat gw hafal dengan lagu, dan bahkan bisa menebak kapan lagu itu akan dinyanyikan. Mendengar nyanyian Liverpudlian di Anfield membuat gw merinding, semacam ada kebanggaan tersendiri sebagai seorang fans yang uda demen Liverpool sejak 10 tahun yang lalu (gila kok jadi curhat begini hahaha)
Lagu You'll Never Walk Alone selalu dinyanyikan di awal dan akhir laga.Lagu yang selalu mengingatkan fans dan tim selalu berjalan bersama-sama dalam suka dan duka. Fields of Anfield Road menjadi lagu wajib di tengah laga. Lagu ini mengingatkan kembali kepada tim terhadap masa jaya para pendahulu mereka, dengan pelatih Bill Shankly dan Bob Paisley, serta pemain legendaris seperti king Kenny Dalglish, dan Steve Heighway. Lagu tersebut juga mengingatkan akan 96 korban tragedi Hillsborough. Masih ada pula lagu We Won It Five Times untuk mengingatkan kembali tim atas 5 kali menjadi juara Liga Champion. Ada pula chant atau nyanyian yang ditujukan kepada pemain tertentu seperti Just Can't Get Enough pada Luis Suarez, He is Our Captain untuk Steven Gerrard, dsb.
Fans Liverpool terkenal akan kefanatikannya dan kecintaannya pada tim kesayangan, menjadi salah satu fans terbanyak di dunia, dan fans yang setia. Penampilan Liverpool yang tidak se-jaya masanya di tahun 1970-1980 an, menciptakan fans yang loyal, yang setia mendukung tim di saat senang maupun susah. Fans Liverpool baru lahir di setiap generasi yang berbeda (seperti gw yang menjadi kopites di masa Michael Owen, Harry Kewell, Milan Baros, dsb). Fans Liverpool tidak tumbuh dari lingkungan fans karbitan, dimana hanya menjadi pendukung ketika klub sedang jaya saja, seperti apa yang saat ini dialami MU, manakala pada musim ini mereka tampil kurang impresif, membuat jumlah likes page mereka di Facebook berkurang 400 ibu orang. Dalam bahasa inggris istilah fans karbitan dikenal sebagai plastic fans.
Kini, loyalitas fans Liverpool mengalami ujian manakala tim kesayangan hampir meraih juara liga, namun gagal. Mungkin tantangan loyalitas fans akan semakin berat seiring dengan musim yang akan dihadapi Liverpool tahun depan, dan masa mendatang.
Tantangan dan Perbaikan Musim 2014/2015
Saat ini, klub harus bersiap menghadapi musim 2014/2015, yang akan semakin berat, dimana klub saingan di liga akan membenahi diri, ditambah dengan tampilnya LFC di Liga Champion dengan klub raksasa liga eropa seperti Barcelona, Real Madrid, Bayern Munchen, Juventus, dsb, Tantangan Liga Champion makin berat manakala anak-anak muda asuhan Brendan Rodgers akan menghadapi pemain-pemain profesional, dan pemain-pemain terbaik di dunia.
Untuk menghadapi musim berikut yang lebih berat, berikut solusi yang patut diambil Brendan Rodgers dan Liverpool untuk persiapan musim depan.
1.Bursa Transfer Musim Panas 14/15
Liga Inggris tak kalah beratnya, seiring dengan fakta liga ini termasuk liga termahal di dunia, dengan aktivitas transfer yang makin dinamis setiap tahunnya. Tim seperti Manchester City diyakini kembali akan mengeluarkan banyak uang untuk membeli pemain berkualitas sekaligus mempertahankan gelar juara liga, begitu pula dengan Chelsea dan Arsenal. MU yang tidak ingin mengalami musim buruk, juga sedang memburu pelatih untuk menggantikan posisi sementara manajer Ryan Giggs.
Sampai post ini gw tulis, Liverpool digosipkan sedang mengincar pemain tengah Adam Lallana (Southampton), Cristian Tello (Barcelona), Henrikh Mkhitaryan (Borussia Dortmund), Yevhen Konoplyanka (FC Dnipro Dnipropetrovsk), Marcos Rojo (Sporting Lisbon), dan berbagai pemain incaran lain. Dengan modal sekitar Rp 1 triliun dari manajemen, kiranya Rodgers bisa mendatangkan pemain yang berkualitas dengan harga yang tidak terlalu besar, seperti apa yang ia lakukan pada bursa musim panas 13/14, atau musim dingin 12/13. Namun hal yang patut dipertimbangkan oleh Rodgers adalah soal mendapatkan pemain bertahan dan sayap, terutama sektor pertahanan yang masih memiliki banyak kekurangan.
2.Kompetisi Pra-Musim
Pada bulan Juli 2014, sebagai bagian dari persiapan pra-musim, Liverpool mengikuti Guinness International Champions Cup di Amerika Serikat, yang juga menjadi bagian dari tur LFC di AS. Dalam kompetisi ini, Liverpool masuk ke dalam grup bersama AC Milan (Italia), Olympiacos (Yunani), dan Man.City (Inggris). Tim lain yang berpartisipasi dalam kompetisi ini adalah Man. United (Inggris), Real Madrid (Spanyol), Inter Milan (Italia), dan AS Roma (Italia).
Kompetisi yang mempertemukan tim-tim elite dunia kiranya memberikan gambaran kepada tim akan kompetisi Liga Champions mendatang. Dalam sejarah pertemuan Liverpool dengan tim-tim tersebut cukup baik. Liverpool pernah menang atas semua tim tersebut, baik di Liga Champions atau di EPL. AC Milan pernah ditaklukkan di final Istanbul 2005, namun dibalas di final Athena 2007. Begitu pula dengan Real Madrid yang pernah dikalahkan dengan skor 4-0 pada pertemuan terakhir. Begitu pula dengan Inter Milan. Olympiacos pernah dikalahkan dalam laga Gerrard Testimonial pada bulan Agustus 2013. Begitu pula dengan United dan City yang pernah dikalahkan di EPL tahun 2014.
Kiranya kompetisi di Amerika memberikan manfaat lebih bagi tim untuk persiapan musim mendatang.
3.Rotasi Pemain
Meski gw bilang, gw gak suka dengan rotasi pemain, namun kebijakan ini harus diambil Rodgers, mengingat tim bermain di Liga Champions. Rodgers harus pintar-pintar memainkan pemain, baik itu tim inti maupun cadangan agar tim tidak mengalami kelelahan baik di Champions atau EPL. Rotasi juga harus dipertimbangkan agar tim konsisten di EPL atau Champions.
Rotasi pemain memang membawa resiko, seperti apa yang dialami Liverpool di tahun 2009/2010, ketika manajer kala itu, Rafael Benitez melakukan rotasi pemain, membuat permainan Liverpool tidak konsisten, dan ambruk di Champions dan EPL, sekaligus menjadi awal keterpurukkan Liverpool dalam empat musim ke depan.
4.Intensifkan Pemain Muda
Mengingat kebijakan rotasi pemain yang mau tidak mau harus diambil Brendan Rodgers pada musim depan, kiranya Rodgers harus lebih intensif dalam memainkan pemain muda, seperti Sterling, Alberto, maupun Flanagan. Selain bagian dari regenerasi, pemain muda yang memiliki jam terbang lebih panjang, ditambah pengalaman kompetisi, tentu meningkatkan kualitas mereka dalam bermain.
Para pemian muda yang memiliki kualitas, tentu bisa menjadi alternatif dalam merotasi pemain senior. Kelelahan dan tanggung jawab bermain dalam dua kompetisi tidak lagi sepenuhnya menjadi beban bagi pemain senior, tetapi beban ini perlu dibawa bersama, dan mengikut-sertakan pemain muda.
5.Perbaikan Sektor Pertahanan
Ada sindiran yang dilayangkan pada performa Liverpool musim 13/14. Pemain depan Liverpool bagaikan Ferrari, sangat cepat dan ganas dalam mencetak gol. Namun pemain belakang Liverpool bagaikan mobil karavan, amat lambat dalam mengantisipasi bola (intercept), berikut serangan balik. Hal ini makin terbukti ketika bertandang ke markas Crystal Palace, dimana Liverpool unggul 3-0 di babak pertama, namun dibalas 3 gol oleh tim tuan rumah dalam waktu sekitar 11 menit (ada istilah Liverpool got Istanbuled).
Banyak pengamat sepak bola menilai bahwa Rodgers harus memperbaiki lini pertahanannya, dan hal ini memang harus dilakukan. Kembali kita melihat kondisi Liverpool, dimana dalam musim 13/14, bek Liverpool lebih terkesan maju, daripada bertugas dalam bertahan di posisi mereka sendiri. Lihat saja, Skrtel bisa maju ke tengah, dan bahkan ada di kotak penalti lawan ketika sepak pojok (memang Skrtel ahli dalam eksekusi sepak pojok). Begitu juga dengan Agger yang terjun ke sisi tengah dan lebih maju dari posisi. Glen Johnson tiba-tiba bertindak sebagai winger dan melancarkan umpan ke tengah. Sakho juga kerap maju ke depan. Di antara semua bek tersebut, yang tersisa di garis belakang dan yang paling konsisten sebagai bek, ya hanya pemain muda Jon Flanagan.
Sebenarnya bek Liverpool amat tangguh, namun mereka mudah terpancing permainan lawan yang cenderung bertahan. Puncaknya, pada laga melawan Chelsea di Anfield, dimana taktik "parkir bis" Chelsea memancing pemain belakang Liverpool lebih maju, mengankibatkan mereka tidak mampu mengantisipasi serangan balik dari Chelsea. Begitu pula pada laga melawan Crystal Palace.
Tak hanya mengenai masalah terpancing untuk maju, lini pertahanan masih melakukan sejumlah kesalahan khususnya pada bagian tengah. Glen Johnson pernah membuat gol bunuh diri dalam antisipasi bola melawan Man.City. Lebih parah lagi performa Skrtel yang sering melakukan kesalahan, berujung pada empat kali gol bunuh diri, jumlah terbanyak di EPL. Tentu bek harus konsentrasi dan meminimalisir kesalahan.
Kini, apakah Rodgers mampu membenahi sektor pertahanan agar kedepannya kesalahan tidak terulang seperti musim ini ?
Jadi brow, demikianlah rangkuman dari gw mengenai performa Liverpool musim 13/14. Performa yang baik membuat mereka layak menjadi kandidat juara EPL, dan masuk Liga Champions. Namun, dibalik performa gemilang musim 13/14, Liverpool harus kembali mempersiapkan diri untuk memasuki kompetisi 14/15 berikut Liga Champions.
Terima kasih brow :) ,
You'll Never Walk Alone !
Pada masa ini pula, bek Liverpool mulai sering melakukan kesalahan, terutama Martin Skrtel yang kalo gak salah 2-3 kali melakukan gol bunuh diri. Bek Liverpool juga mulai terpancing maju ke depan, namun kesalahan belum fatal.. Majunya bek-bek Liverpool ke depan, juga memberikan daya dobrak tertentu bagi pertambahan gol, contohnya aja assist Glen Johnson kepada Suarez, atau kemampuan Martin Skrtel dalam mengeksekusi bola sepak pojok.
Awal Tahun
Awal tahun 2014, kembali bek Liverpool sering membuat kesalahan, dan mulai fatal, khususnya Kolo Toure yang banyak membuat kesalahan, dan malah berujung pada gol bunuh diri. Namun, kesalahan yang sering dilakukan bek tersebut tidak sampai berbuah kekalahan pada the kop sampai kekalahan atas Chelsea. Pada masa ini, Sturridge dan Gerrard kembali dari cedera. Raheem Sterling makin tampil impresif sebagai wing dalam mendukung serangan dari SAS. Gelandang sekelas Joe Allen, dan Jordan Henderson juga sering membantu penyerangan, yang berbuah pada gol. Coutinho juga tampil baik pada masa ini.
Menuju Akhir Musim
Menjelang akhir musim, pada masa ini Liverpool berhasil meraih 12 kali kemenangan berturut-turut, menyingkirkan klub besar dengan pesta gol, seperti 4-0 atas Everton, 5-1 atas Arsenal, 4-0 atas Tottenham, dan 3-0 atas MU di Old Trafford. Masa ini pula, pemain muda makin menjadi-menjadi. Tidak hanya Sterling, Coutinho, ataupun gelandang muda yang mulai beranjak "senior" seperti Allen dan Henderson, tampil di pertahanan, Jon Flanagan. Flano mulai mendapat perhatian pendukung Liverpool ketika menggantikan Daniel Agger yang cedera. Menurut gw sendiri, penampilan impresif Flano muncul ketika LFC berhadapan MU di Old Trafford. Meski masih muda, ia mampu melakukan intercept penyarang MU yang tentu lebih senior dan berpengalaman. Flano juga "mengalah" berada di belakang, mana kala bek lain seperti Skrtel, dan Johnson maju ke depan.
Tren positif 12 kali kemenangan terhenti mana kala LFC dikalahkan oleh taktik "parkir bis" Chelsea di Anfield, berlanjut pada ditahan imbang 3-3 oleh Cyrstal Palace. Dua kekalahan terakhir menjelang pertandingan pamungkas mulai menunjukkan kelemahan Liverpool di sektor pertahanan yang rentan akan serangan balik.
Akhir musim, meski LFC gagal menjadi juara, namun target awal musim tercapai, yakni 4 besar dan menembus zona liga champion.
Kini kami siap bersaing kembali di Liga Champion setelah 4 tahun absen #WeAreBack
Faktor Intern Keberhasilan LFC
Permainan impresif musim ini, didukung oleh berbagai faktor, salah satunya faktor intern LFC itu sendiri. Berikut uraiannya:
1.Brendan Rodgers
Tahun pertama Rodgers kurang impresif. Ia hanya bisa membawa Liverpool meraih posisi ketujuh klasemen pada musim 12/13. Rodgers dainggap mengubah filosofi permainan Liverpool dari kick n' Rush (mengandalkan kecepatan fisik, umpan panjang) menjadi tiki taka (umpan pendek). Namun, dengan mengubah filosofi inilah, di musim berikutnya Liverpool produktif akan gol dan mendapat tempat kedua di klasemen. Umpan pendek nyatanya lebih efektif dalam kerja sama tim, khususnya sektor depan yang dimotori SAS. Rodgers juga seorang yang pandai membaca kelemahan lawan, dan celah pertahanan musuh. Rodgers bisa menampilkan skema permainan menyerang dari sayap, maupun dari lapangan tengah, tergantung cara pandangnya terhadap kelemahan lawan.
Tak hanya itu saja, Rodgers juga melakukan regenerasi dengan memainkan pemain muda, meminjamkan pemain muda, maupun memindahkan pemain muda ke level yang lebih rendah. Tentu diharapkan, pemain muda LFC bisa produktif dan profesional untuk jangka panjang. Rodgers juga menyebut bahwa Liverpool saat ini layaknya Borussia Dortmund musim lalu, dengan pemain muda yang kebanyakan berasal dari akademi (cetakan sendiri) bisa memberikan permainan yang gemilang.
2.SAS
Sebelum datangnya Sturridge pada bursa transfer musim dingin tahun 2013, Suarez seakan menjadi striker tunggal, meski ada Fabio Borini atau Assaidi. Namun, datangnya Sturridge seakan memunculkan kerja sama diantarnya, untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya. Keduanya saling mengumpan untuk mencetak gol, terutama Sturridge pada Suarez. Duet terbaik saat ini pun akhirnya diberi julukan SAS. Ada pula yang mengartikan duet ini layaknya prajurit SAS (Special Air Service), prajurit elit milik Inggris.
Hasil duet ini: Suarez (31 gol), Sturridge (21 gol). Keduanya mencetak 52 dari 101 gol yang dicetak Liverpool (sekitar setengah gol Liverpool). Suarez menempatkan dirinya sebagai top scorer EPL, disusul Sturridge.
3.Pemain Muda
Entah siapa lagi pemain muda yang akan mengisi starting eleven di musim mendatang..
4.Steven Gerrard
Tidak lagi aktif dalam menyerang bukan berarti Gerrad tidak bisa lagi mencetak gol dan mendukung serangan. Nyatanya captain fantastic berhasil mencetak 13 gol dan 13 assist, menjadikan dirinya sebagai top assists di EPL.
Musim ini, BR sengaja menarik Gerrard lebih bermain ke belakang, mengingat legenda hidup Liverpool itu sudah berusia, kecepatannya tidak secepat dulu, dan sering mengalami cedera. Ditariknya Gerrard ke belakang membuat pemain ini dapat tampil di 34 pertandingan, dan hanya sekali mengalami cedera. Selain itu, Gerrard jugalah kapten yang menginspirasi tim dalam setiap pertindangan.
Faktor Ekstern Keberhasilan LFC
Berikut faktor ekstern keberhasilan LFC:
1.Manchester United dan David Moyes
Salah satu rival utama dalam perebutan gelar juara, Manchester United, yang juga raja sepak bola inggris mengalami kemunduran drastis pasca pensiunnya Sir Alex Ferguson. Penunjukkan David Moyes untuk mengganti Sir Alex, khususnya Moyes dipilih Sir Alex sendiri dipandang sebagai kemunduran MU sebagai tim juara, dan diakhir musim bertengger di posisi ketujuh klasemen.. Tidak mendapat tiket Liga Eropa, apalagi Liga Champion.
Sebenarnya Moyes memiliki kompetensi sebagai seorang pelatih yang profesional. Menokangi Everton selama 11 tahun, membangun Everton sebagai penghasil pemain profesional, dan sudah lama merasakan asam garam EPL, menjadi alasan tersendiri bagi Sir Alex untuk menunjuk Moyes sebagai penggantinya.
Namun, musim pertama Moyes dengan MU tidaklah semulus yang dibayankan. Labil di laga uji coba, kalah di Thailand dan Jepang, namun kepercayaan kembali meningkat pasca memenangi Community Shield, namun anjlok di EPL, merupakan hasil yang diberikan Moyes dengan the red devils.
Lalu, apa efeknya terhadap Liverpool ? Tentu saja, kemunduran MU memberi kesempatan pada tim-tim besar lainnya untuk merebut posisi atas klasemen. Untuk persaingan khusus dengan Liverpool sendiri, MU kalah di Anfield maupun di Old Trafford pada musim ini. Kalah 1-0 di Anfield, dan 3-0 di Old Trafford. Moyes sendriri bahkan sudah memberikan "kekalahan" psikologis pada anak asuhnya saat Liverpool bertandang ke Old Trafford, yang katanya, Moyes membuat pernyataan: "Saya tahu saat ini lawan lebih diunggulkan daripada kita." Namun pada musim ini, Moyes sempat memimpin MU mengalahkan Liverpool pada piala liga /carling dengan menang 1-0 di Old Trafford. Moyes pun sebenarnya sudah terbiasa melawan Liverpool saat menjadi manajer Everton, dengan 11 musim menjalani derbi Merseyside. Namun, membawa MU tentu berbeda dengan Everton ketika melawan Liverpool bukan ?
2. "Badai" Cedera Arsenal
Arsenal pada awal musim, tampil sebagai kandidat juara, bertengger paling lama di puncak klasemen, namun harus jatuh ke peringkat 4 manakala musim 13/14 berakhir. Pada awal musim, Arsenal begitu konsisten, tampil sebagai tim yang haus gol, dengan pemain muda yang berbakat. Sempat pula mengalahkan Liverpool di The Emirates Stadium 2-0. Arsenal tampil begitu memukau di awal musim, terutama duet Giroud-Ramsey, Walcott, dan kehadiran ahli assist, Mesut Ozil, dan segudang pemain muda berbakat lainnya.
Namun, keadaan berbalik manakala pemain muda Arsenal yang begitu hebat dan berbakat harus mengalami cedera satu per satu. Mulailah Arsenal menjadi sasaran pembantaian oleh tim-tim besar. Kalah 3-0 oleh Everton, 5-1 oleh Liverpool, dan dibantai 6-0 oleh Chelsea pada laga ke-1000 Arsene Wenger melatih Arsenal.
Badai cedera Arsenal seakan menjatuhkan the gunners dari perebutan juara liga.
3.Tottenham Hotspur dan Gareth Bale
Penjualan Bale ke Real Madrid dengan transfer 91 juta Euro (setara 1,5 triliun rupiah) memberikan Tottenham pemasukan besar, dan dibelanjakan untuk membeli pemain lain. Hal ini menjadikan Tottenham sebagai klub terboros di Liga Inggris dan Eropa pada musim ini.
Namun pengeluaran Tottenham tidak diiringi oleh permainan impresif. Meski memiliki materi pemain baru, nyatanya pemain-pemain tersebut kurang berkontribusi pada performa Tottenham. Banyak pengamat sepak bola menyayangkan keputusan menjual Gareth Bale. Hal ini dinilai, karena Tottenham dengan Gareth Bale di musim-musim sebelumnya lebih baik, ketimbang Tottenham tanpa Gareth Bale musim ini.
Lalu apa efeknya kepada Liverpool ?
Pada masa kelabilan performa Liverpool pada kurun waktu 2010-2013, klub papan tengah seperti Tottenham mampu mengalahkan Liverpool, terutama karena ada faktor Bale disana. Pada masa kemunduran Liverpool inilah, Tottenham mampu menjadi tim besar yang kompetitif di Liga Inggris. Namun, Tottenham yang sekarang seakan mengalami kemunduran performa sekalipun sempat dilatih oleh Andres Villas Boas dan memiliki pemain bintang hasil pembelian "uang" Gareth Bale. Dalam pertemuan dengan Liverpool, Tottenham sempat dibantai 5-0 oleh LFC di White Hart Lane, meski LFC tanpa Gerrard dan Sturridge. Di Anfield, lagi-lagi Tottenham dibantai 4-0, yang berarti pertemuan keduanya di Liga Inggris berbuah pada 9 gol yang dimasukkan Liverpool ke gawang Tottenham, dan clean sheet pula.
4.Absen di Liga Champions
Performa LFC di musim 12/13, tidak memungkinkan mereka masuk ke Liga Eropa, apalagi Liga Champions, membuat tim "beristirahat" dari liga bergengsi yang terkenal berisikan klub-klub terbaik Eropa, pemain terbaik Eropa, dan pertandingan yang keras. Absen di Liga Champions membuat BR memiliki konsentrasi di Liga Inggris, membangunnya menjadi tim yang baik. Berbeda dengan Chelsea dan Manchester City, serta Arsenal, yang harus membagi waktu dan konsentrasi antara Liga domestik dan Eropa. Berbeda pula dengan Manchester United yang harus bekerja keras karna terseok-seok di Liga domestik, dan Eropa. Liverpool memiliki waktu konsentrasi lebih banyak.
Musim depan, dimana Liverpool akan berlaga di Liga Champion pertama kali setelah absen 4 tahun, menjadi tantangan bagi Rodgers dan tim untuk bisa membagi waktu berkonsentrasi dalam setiap pertandingan.
5.Dukungan Fans
Fans adalah pemain ke-12 bagi sebuah tim. Tanpa mereka, tim tidak akan termotivasi untuk bermain dengan baik. Begitu pula Liverpool dengan para Liverpudlian (fans dari kota Liverpool) maupun Kopites (fans di luar kota Liverpool/seluruh dunia). Fans membawa pengaruh besar bagi sebuah tim. Fans mampu mengekspresikan dukungan mereka lewat berbagai cara. Fans tak henti-hentinya menyanyikan lagu kebesaran LFC. Berkali-kali nonton laga Liverpool di TV, membuat gw hafal dengan lagu, dan bahkan bisa menebak kapan lagu itu akan dinyanyikan. Mendengar nyanyian Liverpudlian di Anfield membuat gw merinding, semacam ada kebanggaan tersendiri sebagai seorang fans yang uda demen Liverpool sejak 10 tahun yang lalu (gila kok jadi curhat begini hahaha)
Lagu You'll Never Walk Alone selalu dinyanyikan di awal dan akhir laga.Lagu yang selalu mengingatkan fans dan tim selalu berjalan bersama-sama dalam suka dan duka. Fields of Anfield Road menjadi lagu wajib di tengah laga. Lagu ini mengingatkan kembali kepada tim terhadap masa jaya para pendahulu mereka, dengan pelatih Bill Shankly dan Bob Paisley, serta pemain legendaris seperti king Kenny Dalglish, dan Steve Heighway. Lagu tersebut juga mengingatkan akan 96 korban tragedi Hillsborough. Masih ada pula lagu We Won It Five Times untuk mengingatkan kembali tim atas 5 kali menjadi juara Liga Champion. Ada pula chant atau nyanyian yang ditujukan kepada pemain tertentu seperti Just Can't Get Enough pada Luis Suarez, He is Our Captain untuk Steven Gerrard, dsb.
Fans Liverpool terkenal akan kefanatikannya dan kecintaannya pada tim kesayangan, menjadi salah satu fans terbanyak di dunia, dan fans yang setia. Penampilan Liverpool yang tidak se-jaya masanya di tahun 1970-1980 an, menciptakan fans yang loyal, yang setia mendukung tim di saat senang maupun susah. Fans Liverpool baru lahir di setiap generasi yang berbeda (seperti gw yang menjadi kopites di masa Michael Owen, Harry Kewell, Milan Baros, dsb). Fans Liverpool tidak tumbuh dari lingkungan fans karbitan, dimana hanya menjadi pendukung ketika klub sedang jaya saja, seperti apa yang saat ini dialami MU, manakala pada musim ini mereka tampil kurang impresif, membuat jumlah likes page mereka di Facebook berkurang 400 ibu orang. Dalam bahasa inggris istilah fans karbitan dikenal sebagai plastic fans.
Kini, loyalitas fans Liverpool mengalami ujian manakala tim kesayangan hampir meraih juara liga, namun gagal. Mungkin tantangan loyalitas fans akan semakin berat seiring dengan musim yang akan dihadapi Liverpool tahun depan, dan masa mendatang.
Tantangan dan Perbaikan Musim 2014/2015
Saat ini, klub harus bersiap menghadapi musim 2014/2015, yang akan semakin berat, dimana klub saingan di liga akan membenahi diri, ditambah dengan tampilnya LFC di Liga Champion dengan klub raksasa liga eropa seperti Barcelona, Real Madrid, Bayern Munchen, Juventus, dsb, Tantangan Liga Champion makin berat manakala anak-anak muda asuhan Brendan Rodgers akan menghadapi pemain-pemain profesional, dan pemain-pemain terbaik di dunia.
Untuk menghadapi musim berikut yang lebih berat, berikut solusi yang patut diambil Brendan Rodgers dan Liverpool untuk persiapan musim depan.
1.Bursa Transfer Musim Panas 14/15
Liga Inggris tak kalah beratnya, seiring dengan fakta liga ini termasuk liga termahal di dunia, dengan aktivitas transfer yang makin dinamis setiap tahunnya. Tim seperti Manchester City diyakini kembali akan mengeluarkan banyak uang untuk membeli pemain berkualitas sekaligus mempertahankan gelar juara liga, begitu pula dengan Chelsea dan Arsenal. MU yang tidak ingin mengalami musim buruk, juga sedang memburu pelatih untuk menggantikan posisi sementara manajer Ryan Giggs.
Sampai post ini gw tulis, Liverpool digosipkan sedang mengincar pemain tengah Adam Lallana (Southampton), Cristian Tello (Barcelona), Henrikh Mkhitaryan (Borussia Dortmund), Yevhen Konoplyanka (FC Dnipro Dnipropetrovsk), Marcos Rojo (Sporting Lisbon), dan berbagai pemain incaran lain. Dengan modal sekitar Rp 1 triliun dari manajemen, kiranya Rodgers bisa mendatangkan pemain yang berkualitas dengan harga yang tidak terlalu besar, seperti apa yang ia lakukan pada bursa musim panas 13/14, atau musim dingin 12/13. Namun hal yang patut dipertimbangkan oleh Rodgers adalah soal mendapatkan pemain bertahan dan sayap, terutama sektor pertahanan yang masih memiliki banyak kekurangan.
2.Kompetisi Pra-Musim
Pada bulan Juli 2014, sebagai bagian dari persiapan pra-musim, Liverpool mengikuti Guinness International Champions Cup di Amerika Serikat, yang juga menjadi bagian dari tur LFC di AS. Dalam kompetisi ini, Liverpool masuk ke dalam grup bersama AC Milan (Italia), Olympiacos (Yunani), dan Man.City (Inggris). Tim lain yang berpartisipasi dalam kompetisi ini adalah Man. United (Inggris), Real Madrid (Spanyol), Inter Milan (Italia), dan AS Roma (Italia).
Kompetisi yang mempertemukan tim-tim elite dunia kiranya memberikan gambaran kepada tim akan kompetisi Liga Champions mendatang. Dalam sejarah pertemuan Liverpool dengan tim-tim tersebut cukup baik. Liverpool pernah menang atas semua tim tersebut, baik di Liga Champions atau di EPL. AC Milan pernah ditaklukkan di final Istanbul 2005, namun dibalas di final Athena 2007. Begitu pula dengan Real Madrid yang pernah dikalahkan dengan skor 4-0 pada pertemuan terakhir. Begitu pula dengan Inter Milan. Olympiacos pernah dikalahkan dalam laga Gerrard Testimonial pada bulan Agustus 2013. Begitu pula dengan United dan City yang pernah dikalahkan di EPL tahun 2014.
Kiranya kompetisi di Amerika memberikan manfaat lebih bagi tim untuk persiapan musim mendatang.
3.Rotasi Pemain
Jujur aja brow, gw kurang suka dengan solusi ini: rotasi pemain. Rotasi pemain sangat mempengaruhi kondisi tim dalam berlaga, terutama Liverpool. Di Liverpool musim ini, terjadi ketimpangan antara pemain utama yang sebagian besar senior, dan berpengalaman, dibandingkan dengan pemain cadangan yang diisi oleh anak muda binaan akademi dan pemain senior yang mudah cedera.
Meski gw bilang, gw gak suka dengan rotasi pemain, namun kebijakan ini harus diambil Rodgers, mengingat tim bermain di Liga Champions. Rodgers harus pintar-pintar memainkan pemain, baik itu tim inti maupun cadangan agar tim tidak mengalami kelelahan baik di Champions atau EPL. Rotasi juga harus dipertimbangkan agar tim konsisten di EPL atau Champions.
Rotasi pemain memang membawa resiko, seperti apa yang dialami Liverpool di tahun 2009/2010, ketika manajer kala itu, Rafael Benitez melakukan rotasi pemain, membuat permainan Liverpool tidak konsisten, dan ambruk di Champions dan EPL, sekaligus menjadi awal keterpurukkan Liverpool dalam empat musim ke depan.
4.Intensifkan Pemain Muda
Mengingat kebijakan rotasi pemain yang mau tidak mau harus diambil Brendan Rodgers pada musim depan, kiranya Rodgers harus lebih intensif dalam memainkan pemain muda, seperti Sterling, Alberto, maupun Flanagan. Selain bagian dari regenerasi, pemain muda yang memiliki jam terbang lebih panjang, ditambah pengalaman kompetisi, tentu meningkatkan kualitas mereka dalam bermain.
Para pemian muda yang memiliki kualitas, tentu bisa menjadi alternatif dalam merotasi pemain senior. Kelelahan dan tanggung jawab bermain dalam dua kompetisi tidak lagi sepenuhnya menjadi beban bagi pemain senior, tetapi beban ini perlu dibawa bersama, dan mengikut-sertakan pemain muda.
5.Perbaikan Sektor Pertahanan
Ada sindiran yang dilayangkan pada performa Liverpool musim 13/14. Pemain depan Liverpool bagaikan Ferrari, sangat cepat dan ganas dalam mencetak gol. Namun pemain belakang Liverpool bagaikan mobil karavan, amat lambat dalam mengantisipasi bola (intercept), berikut serangan balik. Hal ini makin terbukti ketika bertandang ke markas Crystal Palace, dimana Liverpool unggul 3-0 di babak pertama, namun dibalas 3 gol oleh tim tuan rumah dalam waktu sekitar 11 menit (ada istilah Liverpool got Istanbuled).
Banyak pengamat sepak bola menilai bahwa Rodgers harus memperbaiki lini pertahanannya, dan hal ini memang harus dilakukan. Kembali kita melihat kondisi Liverpool, dimana dalam musim 13/14, bek Liverpool lebih terkesan maju, daripada bertugas dalam bertahan di posisi mereka sendiri. Lihat saja, Skrtel bisa maju ke tengah, dan bahkan ada di kotak penalti lawan ketika sepak pojok (memang Skrtel ahli dalam eksekusi sepak pojok). Begitu juga dengan Agger yang terjun ke sisi tengah dan lebih maju dari posisi. Glen Johnson tiba-tiba bertindak sebagai winger dan melancarkan umpan ke tengah. Sakho juga kerap maju ke depan. Di antara semua bek tersebut, yang tersisa di garis belakang dan yang paling konsisten sebagai bek, ya hanya pemain muda Jon Flanagan.
Sebenarnya bek Liverpool amat tangguh, namun mereka mudah terpancing permainan lawan yang cenderung bertahan. Puncaknya, pada laga melawan Chelsea di Anfield, dimana taktik "parkir bis" Chelsea memancing pemain belakang Liverpool lebih maju, mengankibatkan mereka tidak mampu mengantisipasi serangan balik dari Chelsea. Begitu pula pada laga melawan Crystal Palace.
Tak hanya mengenai masalah terpancing untuk maju, lini pertahanan masih melakukan sejumlah kesalahan khususnya pada bagian tengah. Glen Johnson pernah membuat gol bunuh diri dalam antisipasi bola melawan Man.City. Lebih parah lagi performa Skrtel yang sering melakukan kesalahan, berujung pada empat kali gol bunuh diri, jumlah terbanyak di EPL. Tentu bek harus konsentrasi dan meminimalisir kesalahan.
Kini, apakah Rodgers mampu membenahi sektor pertahanan agar kedepannya kesalahan tidak terulang seperti musim ini ?
Jadi brow, demikianlah rangkuman dari gw mengenai performa Liverpool musim 13/14. Performa yang baik membuat mereka layak menjadi kandidat juara EPL, dan masuk Liga Champions. Namun, dibalik performa gemilang musim 13/14, Liverpool harus kembali mempersiapkan diri untuk memasuki kompetisi 14/15 berikut Liga Champions.
Terima kasih brow :) ,
You'll Never Walk Alone !
Komentar
Posting Komentar