[TRAVEL JOURNAL] Explore Bali - Part 4 : Pertarungan Yang Abadi !


Hari keempat di Bali, rasanya tidak ingin meninggalkan tempat yang penuh makna ini. Banyak sekali arti kehidupan yang telah diri ini temukan dari setiap sudut tanah dewata. Tapi ya mau bagaimana lagi, lamaran magang dan skripsi sudah menanti di depan untuk kujalani sampai berakhirnya tahun 2017.. Akhirnya hari terakhir di Bali ini kuputuskan untuk mengenali lebih dalam realita hidup yang ada sampai saat ini... konflik...

Pertarungan Abadi Barong dengan Sang Rangda

Tidak lengkap rasanya kalau berkunjung ke Bali tanpa melihat pertunjukan seni-budaya terlebih dengan adanya fakta bahwa kesenian Bali ini sangatlah mempesona. Setidaknya ada tiga pertunjukan tari yang harus teman-teman lihat kalau berkunjung ke Bali.. 
  1. Tari Kecak - Uluwatu
  2. Tari Barong dan Keris - Batubulan
  3. Tari Tradisional Lainnya - Ubud
Gue sendiri telah menyaksikan tari kecak uluwatu yang benar-benar magis itu di tepi tebing plus sun setnya jadi untuk perjalanan kali ini, Desa Batubulan akan menjadi tempat pemberhentian gue untuk menyaksikan tari barong dan kerisnya. Jadi jelas yak untuk kunjungan ketiga di Bali uda tau dong gue harus nonton yang mana...

Gak butuh waktu lama untuk menuju ke Desa Batubulan dari Kuta mengingat desa ini bisa dikatakan seperti pintu masuk ke kabupaten Gianyar dari Badung. Ketika memasuki Batubulan kalian akan disambut oleh beberapa sanggar tari barong dan tinggal pilih aja mau nonton di sanggar yang mana. Sanggarnya sendiri sengaja dibuat banyak berikut pertunjukannya dimulai pada waktu yang sama guna mengakomodir banyaknya jumlah wisatawan yang ingin menonton tari barong. Pertunjukannya sendiri dimulai sekitar jam 10 pagi dan indoor... So gak usah khawatir acaranya bakal bubar kalo hujan.. Beda banget kan sama tari kecak di Uluwatu yang tempatnya memang benar-benar terbuka.. Tiket masuknya sendiri seharga Rp 100.000,-.. cukup mahal tapi kalian akan terpuaskan dengan pertunjukan di dalam.. Ya hitung-hitung juga bentuk kontribusi kita terhadap pelestarian seni tradisional Bali. Saat masuk ke tempat pertunjukan, realita inilah yang gue temukan pertama kali.. Oh ya, sanggar yang gue pilih untuk menonton tari barong kali ini adalah Sanggar Sahadewa..




Overall yang nonton bule !

Sebagian besar tempat duduk terisi penuh oleh wisatawan asing... Pertanyaannya dimanakah orang Indonesianya ? Ada... yakni gue seorang...Tau kan realita, masalah, dan ironisnya apa ?? Cari tahu sendiri...



Gamelan Bali, Pengiring Pertunjukan

Langsung ke ceritanya sendiri, kisah tari barong ini diangkat dari epos Mahabharata.. Menariknya adalah gue pernah mencari tau tentang kisah Mahabharata yang agung itu tapi gue gak menemukan kisah barong ini di versi Indianya (original Mahabharata)... Kalau boleh berpendapat mungkin kisah ini ada di Mahabharata versi Bali... Beda banget sama tari kecak yang diangkat dari epos Ramayana dan cerita dari tariannya sendiri memang ada dalam kisah Ramayana (penculikan Dewi Sinta oleh Rahwana), tapi kalo soal tari barong ini, gue serahkan kembali kepada masyarakat Bali perihal bagaimana mereka memaknai cerita Mahabharata... Tapi meskipun beda versi, tetap menarik untuk ditonton selama moral value dari cerita itu tetap ada..

Jadi cerita diawali dengan adegan pembuka, Barong dan Kera bermain di hutan disusul oleh dua orang penari.



Sang Barong


Kera Bermain dengan Barong



Tarian Pembuka

Dikisahkan Dewi Kunti (istri dari mendiang Raja Pandu, raja Hastinapura, - ibu dari Pandawa Lima, Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa) beserta pengikutnya dalam perjalanan menemui sang patih. Di tengah perjalanan mereka kerasukan roh jahat dari seorang setan pengikut Rangda (Ratu para Leak - Penyihir Jahat).


Pengikut Dewi Kunti


Para Pengikut Dewi Kunti Dirasuki Setan

Karena dirinya dirasuki oleh setan, Dewi Kunti sampai tega untuk membuang anaknya sendiri Sadewa / Sahadewa (anak paling bungsu dari pandawa lima) ke tengah hutan guna dipersembahkan kepada Rangda. Ia pun memerintahkan patihnya untuk membuang Sadewa ke hutan.



Dewi Kunti Mengambil Keputusan Untuk Membuang Sadewa


Setan Merasuki Patih


Adegan Pembuangan Sadewa Ke Hutan


Dalam keadaan dibuang dan terikat di hutan, Sadewa meratapi nasibnya yang akan segera berakhir di tangan Rangda. Tiba-tiba datang Mahadewa Siwa (salah satu trimurti - tiga dewa utama dalam ajaran Hindu - dikenal sebagai dewa pelebur, melebur yang rusak dan buruk untuk memberikan pembaharuan) kepada Sadewa lalu memberikannya anugerah atas keabadian dan kekebalan fisik. 


Mahadewa Siwa memberikan anugerah kepada Sadewa

Selepas Mahadewa pergi, muncullah sang ratu leak Rangda untuk mencabut nyawa Sadewa. Berkali-kali Rangda mencoba mencabik-cabik tubuh Sadewa namun gagal dikarenakan Sadewa telah diberikan anugerah kekebalan oleh sang Mahadewa.


Kemunculan Sang Rangda


Pengorbanan Sadewa


Rangda Gagal Membunuh Sadewa

Menyadari Sadewa diberikan kesaktian oleh Mahadewa Siwa, Rangda pun menyerah dan memohon ampun ke Sadewa agar ia dapat meninggal dengan tenang berikut memperoleh surga. Sadewa pun menyanggupi keinginan tersebut dan sang Rangda mendapatkan surga.


Kematian Rangda

Setelah Rangda mati, Kalika (Penyihir Wanita - Salah satu pengikut Rangda), menantang Sadewa bertarung. Ia pun berubah menjadi Babi Hutan akan tetapi dapat dikalahkan oleh Sadewa. Hal serupa terjadi manakala ia berubah menjadi Burung namun tetap dikalahkan oleh Sadewa.


Kalika Menantang Sadewa


Kalika Berubah Menjadi Babi Hutan, Namun Kalah oleh Sadewa, Diburu oleh Penduduk


Kalika Menjelma Menjadi Burung


Dikalahkan dua kali oleh Sadewa, Kalika mengubah wujudnya menjadi Rangda dan memiliki kekuatan yang seimbang dengan Sadewa. Tidak mau kalah dengan Kalika, Sadewa pun menjelma menjadi Barong. Meski demikian kekuatan antara keduanya seimbang dan pertarungan ini tidak berakhir dengan adanya pihak yang menang maupun kalah. Menggambarkan secara jelas adanya pertarungan antara kebajikan dengan kebatilan yang akan berlangsung abadi dalam kehidupan manusia sampai datangnya akhir zaman.


Kalika Berubah Menjadi Rangda


Konfrontasi Barong dan Rangda, 
Menggambarkan Pertarungan Abadi antara Kebajikan dengan Kebatilan

Pengikut barong pun datang dan mencoba melawan Rangda. Lagi-lagi karena kesaktiannya Rangda dapat merasuki para pengikut barong untuk menusukkan keris ke dadanya sendiri. Pada adegan inilah kesan magis dari tari barong benar-benar kerasa banget di mana para penari keris memiliki kekebalan di tubuh mereka sekalipun ditusuk oleh keris.. Katanya sih alam bawah sadar dari penari keris uda "kemana-mana"


Para Penari Keris Mengepung Rangda


Karena Kesaktiannya, Para Pengikut Barong Kerasukan, Menusukkan Keris ke Dada Mereka Sendiri

Pertunjukan diakhir dengan datangnya Sang Barong untuk menyelamatkan para pengikutnya dari kerasukan sihir Rangda.


Barong Datang, Memberi Kekebalan, dan Menyelamatkan Pengikutnya

Tidak ada akhir bahagia atau kemenangan dalam cerita tari barong ini. Berbeda banget dengan tari kecak yang diakhiri dengan kemenangan Hanoman yang berhasil membakar kerajaan Alengka pimpinan Rahwana. Inilah yang gue maksud sebagai realita, ketika kebajikan dan kebatilan saling berkonflik sampai akhir zaman. Tidak ada yang menang dan kalah. Yang ada adalah keseimbangan. Gue berani bertaruh kalo makna cerita ini benar-benar universal dan bisa dihayati oleh siapa pun kalian dan apapun agama atau budaya kalian.. 


Membabi Di Bawah Pohon

Puas nonton tari barong, hal terakhir yang harus dilakukan ketika berada di Bali adalah membabi alias makan babi.. Kalau kalian lihat di post-post sebelumnya gue sudah pernah membahas soal Wahaha Pork Ribs dan Babi Guling Candra, kali ini ada satu menu babi yang wajib dicoba di Bali dan haram hukumnya kalo gak dicoba (padahal babi juga uda haram ye)... yakni the legendary Sate Babi Bawah Pohon !

Terletak di Legian dan posisinya emang di bawah pohon, tempat ini selalu rame pas jam makan siang sehingga dapat disimpulkan kalo waktu makan terbaik dan gak ngantri ya pas sarapan. Entah berapa tusuk sate babi yang laku dibakar setiap harinya, yang pasti tempat ini benar-benar sempurna bagi pecinta babi..



Bakar Sate



Penyajian Sate Babi

Satu porsi sate babi biasanya terdiri atas 10 tusuk sate babi dan bisa disajikan dengan nasi atau lontong. Emang sih gak ada saus kacang atau sambal taichan sehingga bisa dibilang cuma sate babi bakar aja.. Tapi keunikan dari sate babi bawah pohon ini adalah satenya disajikan dengan garam dan cabe rawit utuh ! Gak perlu sambal atau saus semacamnya, rasa satenya sendiri juga sudah manis dan gurih.. Makin mantap kalau "dicocol" dengan garam.. Kalau ditanya soal harga, maka jawabannya, sate babi ini benar-benar terjangkau.. Kalau gak salah Rp 30.000,- untuk satu porsinya.. Kenyanglah sampai di pesawat untuk penerbangan malam kembali ke Jakarta



Satu Porsi Sate Babi Bawah Pohon

Selamat Tinggal Bali, Aku Mencintaimu Seperti Mencintai Indahnya Kehidupan

"Ziarah" empat hari tiga malam di Bali harus disudahi dengan sebuah penerbangan malam kembali ke Jakarta.. Diwarnai oleh insiden orang Cina nyasar di bandara sampai-sampai penerbangan harus mundur dari jadwal, cuaca yang kurang baik di udara, makan ikan tim di pesawat, dan film Hacksaw Ridge, menjadi penyambut-ku untuk menghadapi semester baru sekaligus terakhir di kampus.



Hidangan Penutup Perjalanan Di Pesawat.. 

Tulisan ini dibuat pada tanggal 28 Desember 2017, empat hari menjelang pergantian tahun yang baru sembari gabut menunggu turunnya revisi dan finalisasi skripsi. Kembali melihat-lihat blog semenjak vakum dari bulan September sekaligus menutup tulisan tentang Pulau Dewata, entah mengapa berhasil membawa raga ini ke tanah para dewa, meskipun secara fisik tetap berada di Jakarta di tengah gempuran skripsi dan perjuangan meraih gelar sarjana. 

Sedih juga dengan berita akhir-akhir ini mengenai erupsi Gunung Agung yang mebawa pukulan hebat untuk masyarakat dan pariwisata Bali. Namun diri ini sangat kagum pada sikap yang ditunjukkan masyarakat Bali atas letusan gunung agung ini.. Dikutip dari kompas kalau gak salah, masyarakat Bali mengatakan Kami Yakin Sang Batara Sayang Pada Kami ! Bencana bukan suatu hal yang harus ditangisi, disesali, dan dikutuk akan tetapi lebih melihat kepada interospeksi diri dan ajang untuk meleburkan hal-hal buruk guna membuka lembaran kebaikan yang baru. Letusan Gunung Agung menjadi wujud nyata dari bekerjanya sang Mahadewa Siwa yang mencintai umatnya sekalipun gue bukanlah seorang penganut Hindu.. 

Terima kasih Bali, Terima kasih... Engkau memberikanku kesempatan untuk belajar darimu..

Salam

Komentar

  1. epic, pernah kesana sekali-kalinya pas SMA, masih keinget sekarang juga. lain kali kalau bisa kesana lagi, pengen nonton juga ah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Novena Tiga Salam Maria: Mukjizat Bunda Maria Menyertai Kita !! (Gw saksi hidupnya brow !!)

Panduan Menulis Esai Untuk Mahasiswa Baru

[BEDAH LAGU]: Chrisye - Kisah Kasih di Sekolah (2002)