Sebuah Cerita dari Wisuda UI Genap..
“Jon, kok
akhir-akhir ini lu puitis banget di Instagram?”
Demikian tanya Boghi dalam
perjalanan dari Rektorat UI ke Kampus FHUI pada malam hari jelang acara
Farewell atau Yudisium FHUI.
Ya
begitulah isi kontemplasiku kawan ketika sedang merenung dan merefleksikan diri
sendiri. Kontemplasi dan larut dalam alam pikiran rasanya bagai obat pelepas
stress dari segala bentuk pekerjaan. Setidaknya caraku untuk melepas stress ini
masih jauh lebih sehat ketimbang merokok atau meminum alkohol. Membawa
ketenangan jiwa dan malah mengasah hati untuk lebih pandai merasa dan peka
terhadap sesama, sesuatu yang menjadi kelemahan terbesar bagi orang-orang
berkepribadian INTJ seperti aku ini.
Benar kata
Boghi dan harus diakui bahwa postingan-ku di instastory itu kebanyakan
merupakan curahan isi pikiran dan hatiku tentang rasa rindu. Kalau boleh jujur
kebanyakan terinspirasi dari gaya bahasa Chairil Anwar yang klasik maupun
bumbu-bumbu modern ala puisi-puisi dalam film Ada Apa dengan Cinta. Bicara soal
rindu pastinya bicara dan menyangkut soal suatu objek yang dirindukan. Dan ya
aku rindu dengan “rumah-ku”, Kampus FHUI.
Source : Eliza Anggasari
I really love this picture and make it as "an opening pict"..
*lensa kameranya segede botol tumblr guys*
Harus
kuakui sendiri bahwa rasanya aku seperti seorang pecundang. Baru lulus setengah
tahun dari FHUI aja sudah se-cengeng itu karena harus meninggalkan kampus..
Bagaimana dengan mereka, para alumni yang bertahun-tahun meninggalkan
almamaternya ? Tentu faktor seperti ketidak-siapan ku menghadapi “dunia”,
penyesalanku karena telah menyia-nyiakan masa mahasiswaku, dan banyak kenangan
indah di dalamnya sudah muak kalian dengar dari mulut maupun tulisanku. Ya tapi
begitulah hidup dan aku pun hanya bisa mengikuti apa kata sang waktu.
Kembali ke
topik utama, soal Wisuda UI Genap. Momen wisuda ini yang membuat aku, Boghi,
Geano, dan Yuris sama-sama sepakat..
“Butuh
waktu 6 bulan untuk kita kembali lagi..”
Itulah
indahnya Wisuda UI. Ia mempertemukan yang telah lama terpisah untuk kemudian
memisahkannya kembali.
Silahkan
dimaknai saja baik bagi teman-teman yang saat itu menjadi wisudawan/i maupun
rekan-rekan yang telah menjadi alumni.
Source: Nervilia Puspa Nagari
"Mempertemukan yang telah lama terpisah, untuk kemudian memisahkannya kembali"
Tidak ada
pertemuan yang abadi, dan Wisuda UI hanya memberikan waktu 6 jam untuk kami
kembali bertemu.. 6 jam berbanding dengan 6 bulan kami harus menunggu.. Betapa
singkatnya sang waktu dan betapa kami harus menghargai kesempatan yang ia
berikan.
Tidak ada
perbincangan terkait dengan bisnis, isu hukum yang berat, maupun pekerjaan di
antara kami berempat. “Kita kan ngumpul buat ngatain orang” dan Boghi pun
menciptakan forum lambe turah sambil menyiapkan kado untuk teman-teman yang
diwisuda. “Ngatain orang”, betapa nikmatnya topik itu. Tidak perlu berpikir
keras, tidak perlu kemampuan analisa tinggi, yang ada hanyalah emosi yang
mengalir. Sudah lama kita tidak melakukannya sejak jadi mahasiswa dulu. Kantin FHUI
dan bangku-bangku S&T menjadi saksi dari omongan kita yang amoral itu.
Well,
cerita pun berlanjut di Rektorat UI sembari menunggu kawan-kawan selesai dengan
upacara wisudanya. Serasa Déjà vu, demikian yang aku rasakan ketika berdiri di
tempat ini, membayangkan momen-momen yang terjadi pada tanggal 3 Februari 2018.
Membuat ku sadar bahwa kebahagian wisuda itu semu seperti semunya kepulanganku
pada hari itu. And you know the rest of
the stories. Tapi karena sifatnya semu ya pilihannya hanya satu.. Enjoy the moment before it ends!
Manusia-manusia
amoral, laki-laki sesat, Johny’s Angels, dan sebuah “lawfirm” abal-abal adalah
rangkuman dari pesta megah bernama Wisuda UI.. Semua itu tidak ada yang abadi,
begitu juga dengan senyuman, tawa, riasan wajah, pelukan, dan kecupan mesra
pada hari itu. Perlahan-lahan menjauh, lenyap, karena ditelan sang malam..
Sebuah purnama di atas langit kota Depok.
Sebuah
momen yang sangat singkat memang tapi inilah cinta yang FHUI pernah berikan
kepada-ku dan kepada kita semua yang telah menjadi alumni. Aku pun kembali
mengutip bahwa FHUI is not a place, it’s
a people. Ia bukan sekedar bangunan mati tetapi ia adalah sekumpulan orang
yang tinggal dan menjadi bagian di dalamnya. Ketika orang-orang yang kumaksud
ini pergi meninggalkan FHUI dan digantikan oleh generasi yang baru, apakah aku
masih memiliki alasan untuk pulang ?
When you are returning to UI after a long time in the "exile"..
Expectations: An epic return like Captain America in Avengers : Infinity War
Reality: Sialan, ketemu orang-orang sakit
Well from right now, I have to learn and
understand that FHUI is not located in Depok. But more than that, FHUI itu ada di mana-mana. Di mana ada kamu, di situ ada FHUI. Di mana
kamu berkarya, di situ ada FHUI. Di mana ada FHUI, di situ ada rumah untuk
pulang.
Ya,
setidaknya masih ada enam purnama lagi yang harus ditunggu untuk merasakan
kembali momen Wisuda UI. Kembali bertemu sejenak untuk dipisahkan kembali.
Hanya secangkir kopi panas untukmu kawan atas kelulusanmu. Mengutip kembali
instastory-ku pada tanggal 31 Agustus 2018, aku dan kamu bersama-sama menyelami
realita, bukan euphoria. Betapa rindunya aku padamu dan hanya bait-bait puisi Chairil Anwar yang aku bisa persembahkan..
Cemara menderai sampai jauh..
Terasa hari akan jadi malam..
Ada beberapa dahan ditingkap merapuh,,
Dipukul angin yang terpendam..
- Chairil Anwar, Derai-Derai Cemara -
1 September
2018
Johny
kegiatan yang menarik ka, disamping itu artikel yang kaka buat juga sangat bagus. klo kaka ada waktu boleh donk ka saya di ajarin membuatnya. kaka bisa kontak saya di website saya ka.
BalasHapus