[Renungan Pra-Paskah] Malu Berbuat Dosa

Post ini gw tulis dalam rangka menyambut masa pra-paskah. 
Berdasarkan pengalaman pribadi yang gw alami pada masa adven, pengalaman tersebut akan gw share dan harapannya bisa menjadi renungan bersama bagi kita dalam menjalani masa pra-paskah ini.
Berikut ceritanya :)

Kamis Sore, Tanggal 18 Desember 2014

Hari kamis, tanggal 18 Desember 2014, masih musim-musimnya Ujian Akhir Semesrter di UI. Agenda pas tanggal 18 sendiri adalah UAS bahasa inggris sama agama katolik. Namun, karena gw dan temen-temen yang beragama katolik telah melakukan rekoleksi pengembangan diri (RPD) sebagai UAS bareng Romo Yu (Romo pembina KMK UI), jadi ya kita cuman tanda tangan aja sebagai formalitas ujian sama fakultas. 

Gw sendiri mendapat kabar dari temen-temen KMK FHUI  maupun KMK UI kalo ada pengakuan dosa masa adven di Wisma SY. Jadi, gw, Maria, sama Nervi (anak FH) berencana pergi ke wisma, apalagi terakhir kali gw ngaku dosa dua tahun yang lalu pas Live In di Wonogiri (kelas 2 SMA). Abis kelas, gw, Nervi, Maria, Mantaro (yang akhirnya pisah gara-gara doi mau pulang ke stasiun), sama bang Renatus (dosen MPK Agama Katolik) jalan bareng pergi ke wisma. Di tengah jalan, kita ketemu sama bang Tyo (Koordinator Fakultas KMK FHUI tahun 2014), yang ternyata juga mau ngaku dosa di wisma.

Sesampainya kita di Wisma SY, kita dapat info dari mba Widya (anak FH juga) kalo agenda pengakuan dosa di wisma dibatalin. Ternyata pengakuan dosanya cuman ada di Gereja Santo Thomas, Kelapa Dua. 

Setelah sampai ke wisma dan gak menemukan apa-apa, berangkatlah gw, Maria, Nervi, sama Bang Tyo ke Gereja Santo Thomas. 

Pengakuan Dosa yang Memberi Pelajaran

Sesampainya di Santo Thomas, kita pun dikejutkan dengan begitu ramenya orang yang mau mengaku dosa. Maklumlah, satu minggu kedepan kita sudah merayakan natal. Sebagian besar umat yang mengaku dosa tersebut merupakan orang-orang yang sudah lanjut usia. Sesekali kita melihat ada beberapa mahasiswa yang tampaknya dari kampus-kampus sekitar kota Depok. 

Kita pun ikut menunggu giliran untuk mengaku dosa. Ada suatu waktu, ketika seorang anak kecil masuk ke dalam ruang pengakuan dosa. Betapa kagetnya ketika kita bisa mendengar secara detail nasihat romo yang memberi pengakuan dosa (pastinya bukan Romo Yu atau Romo Swa)  kepada si anak kecil. Mungkin saking banyaknya umat yang mau mengaku dosa, si romo memberikan nasihat dan penitensi secara terburu-buru, sampai ia tidak sadar kalau suaranya keras dan bisa terdengar sampai ke luar bilik/ruang pengakuan dosa. 

Sekedar info aja, pengakuan dosa sendiri seharusnya bersifat rahasia dan personal demi menjaga privacy si umat yang mengakui dosanya.

Oke balik lagi ke Santo Thomas, kami bisa mendengar nasihat dari si romo kepada anak kecil tersebut. "Kamu harus ......sama papa-mama, dsb". Sontak, umat yang sedang menunggu masuk ke ruang pengakuan tersebut tertawa mendengar nasihat dari romo. Ketika si anak kecil tersebut keluar, umat kembali tertawa lagi, meskipun mereka sendiri kelihatan panik kalau pengakuan mereka bisa ditafsir oleh orang lain saat mereka mengaku dosa. Gw dan teman-teman yang lain juga merasa cemas kalau sampai pengakuan kami bisa ditafsirkan sama umat lain.

Sambil menunggu gw kembali melihat ada seorang mahasiswi masuk ke bilik pengakuan dosa. Romo pun memberi nasihat kepada si mahasiswi: "Sebagai seorang mahasiswi kamu harus ........... ", "Sebagai penitensinya, kamu harus baca........".

 Lalu ada seorang ibu-ibu yang usianya sekitar 60-70 tahunan masuk ke bilik pengakuan tersebut. "Sebagai seorang istri anda harus bisa ..... pada suami anda. Sebagai seorang ibu, anda harus ...... pada keluarga anda. Penintensinya.....". Semuanya terdengar jelas.

Diantara gw, Nervi, Maria, dan Bang Tyo, seharusnya Nervi masuk duluan ke bilik pengakuan, namun Nervi minta tukeran posisi sama Bang Tyo gara-gara takut sama si romo. Kita pun juga minta Bang Tyo (karena bakal masuk duluan) untuk bilangin ke si romo supaya bicaranya lebih pelan. Akhirnya, bang Tyo masuk dan kami yang diluar pun bisa mendengar nasihat dan penitensi dari romo (meskipun samar-samar).

Bang Tyo pun keluar dan biling: "padahal gw uda minta romo supaya ngomongnya lebih pelan. Kasihan umat yang lain..." Akhirnya, satu per satu, Nervi dan Maria masuk. Tampaknya pun romo tidak mengindahkan permintaan dari bang Tyo. Setelah mereka keluar, barulah gw masuk.

Kesimpulannya ?

Meskipun rada ngejengkelin dan risih selama menunggu masuk ke bilik pengakuan, terdapat sebuah pelajaran yang kami pelajari dari pengakuan dosa di Santo Thomas tersebut. Kami pun baru mengalami rasa malu yang sesungguhnya karena kami telah melakukan dosa. 

Saat pengakuan, orang-orang bisa mendengar nasihat dan penitensi yang romo berikan kepada kita. Karena bisa mendengar, ada kemungkinan orang lain bisa mentafsirkan dan menduga-duga dosa apa yang kita akui terhadap Tuhan. Kalau dosanya masih standart macam berbohong, fitnah, suka titip absen, suka mencontek, dsb, mungkin orang lain menilai hal tersebut sebagai suatu hal yang lumrah. Namun ketika yang diakui dosa kelas berat seperti korupsi, menyakiti orang lain, bahkan sampai tindakan cabul macam menonton film porno dan ....... (silahkan tafsirkan sendiri), dan yang memberi nasihat adalah si romo yang ada di Santo Thomas, tentu rasa malunya benar-benar bukan main. 

Masih ma(l)u untuk berbuat dosa ?

Selamat menjalani masa pra-paskah dan ibadat tobat kita :) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Novena Tiga Salam Maria: Mukjizat Bunda Maria Menyertai Kita !! (Gw saksi hidupnya brow !!)

Panduan Menulis Esai Untuk Mahasiswa Baru

[BEDAH LAGU]: Chrisye - Kisah Kasih di Sekolah (2002)