Postingan

Sebuah Cerita dari Wisuda UI Genap..

Gambar
“Jon, kok akhir-akhir ini lu puitis banget di Instagram?”  Demikian tanya Boghi dalam perjalanan dari Rektorat UI ke Kampus FHUI pada malam hari jelang acara Farewell atau Yudisium FHUI. Ya begitulah isi kontemplasiku kawan ketika sedang merenung dan merefleksikan diri sendiri. Kontemplasi dan larut dalam alam pikiran rasanya bagai obat pelepas stress dari segala bentuk pekerjaan. Setidaknya caraku untuk melepas stress ini masih jauh lebih sehat ketimbang merokok atau meminum alkohol. Membawa ketenangan jiwa dan malah mengasah hati untuk lebih pandai merasa dan peka terhadap sesama, sesuatu yang menjadi kelemahan terbesar bagi orang-orang berkepribadian INTJ seperti aku ini. Benar kata Boghi dan harus diakui bahwa postingan-ku di instastory itu kebanyakan merupakan curahan isi pikiran dan hatiku tentang rasa rindu. Kalau boleh jujur kebanyakan terinspirasi dari gaya bahasa Chairil Anwar yang klasik maupun bumbu-bumbu modern ala puisi-puisi dalam film Ada Apa dengan Cinta

[Quo Vadis 2018] Percakapan dengan Santo Petrus tentang Bahagia dan Cinta

Gambar
Rasanya aneh.. Sudah tiga tahun berlalu, tiba-tiba Santo Petrus menyapaku lagi.. Mungkin beliau heran denganku.. Sudah tua tapi masih suka ngegalau.. “Kamu kenapa lagi?” Tanya sang rasul kepadaku. “Limbo [1] ” jawab-ku singkat. “Halah, dari dulu kamu gak pernah berubah.. Selama ini kamu ngapain aja sih? Udah yuk, kita jalan bareng lagi [2] . Mungkin aja Tuhan Yesus punya jawabannya..” ajak Santo Petrus sambil mengulurkan tangannya yang bersahabat. Mungkin itulah ilustrasi yang tepat untuk menggambarkanku saat ini. Hidup serba tak pasti hingga akhirnya aku telusuri kembali Quo Vadis itu.. Jalan setapak yang sama seperti yang pernah aku jejakkan 5 tahun yang lalu dan 3 tahun yang lalu. Perziarahanku yang Ketiga dengan Santo Petrus Lima tahun yang lalu, pertama kali Santo Petrus menyapaku. “Kamu mau jadi apa?”. Aku pun memberikan jawabanku. Tiga tahun yang lalu, Santo Petrus menanyakan komitmenku atas jalan yang kupilih.. “Kamu yakin?”. Aku pun mantap me