Belajar Mengapresiasi Pelamar Kerja dari Singapura
Berawal dari awal tahun 2017 di mana diri ini "iseng" mengajukan permohonan magang ke salah satu firma hukum (law firm) ternama di Singapura. Bermodalkan obrolan dengan salah satu senior yang pernah magang di sana, soft skil seadanya (terutama bahasa inggris), dan yang paling penting nekat, saya memberanikan diri untuk mengirimkan curriculum vitae, application letter, dan transkrip akademis mulai dari semester 1 - 5 ke email Rajah and Tann Singapore.
Rajah and Tann sendiri bisa dikatakan sebagai salah satu firma hukum terbaik se-Asia Tenggara dan memiliki banyak "cabang" yang tersebar di berbagai negara, salah satunya Assegaf Hamzah & Partners di Indonesia. Jadi ya bisa dinilai sendiri betapa eksklusifnya firma hukum yang satu ini dan tentu hanya mereka yang "terbaik" saja yang bisa memiliki kesempatan untuk berkarier di sana.
Dengan modal nekat, belum lulus, dan soft skill yang seadanya, ya bisa ditebaklah kenekatan saya ini berujung pada apa.. Tentunya saya menyadari bahwa saya bukanlah yang "terbaik" dan memiliki kesempatan untuk berkarier disana sebagai seorang intern. Hal tersebut dapat saya ketahui ketika mendapat balasan email dari Rajah and Tann
"Dear Alfian
Thank you for your applicaton and interest in Rajah & Tann Singapore LLP.
We have carefully considered your application, and unfortunately, are unable to offer you an internship seat with our firm. Thank you once again for your interest in our firm. We wish you the best in all your future endeavours.
Your sincerly
For and on behalf of the Recruitment Commitee"
- recruitment@rajahtann.com -
Memang dari awal pengajuan lamaran ini hanya sekedar coba-coba dan bermodal nekat. Kalau diterima ya syukur tapi kalau tidak diterima ya tidak apa-apa. Tapi yang ingin saya tekankan di sini adalah perihal penolakan lamaran magangnya sendiri.
Apakah saya sedih dan kecewa karena ditolak ?
TIDAK !
Justru setelah mendapat dan membaca email tersebut saya merasa SENANG !
Mengapa ? Sederhana saja, pihak rekruitmen membuat keputusan tersebut pastinya dengan melalui pertimbangan dan pertimbangan tersebut hanya dapat dilihat apabila membaca berkas pengajuan magang. Dengan kata lain berkas-berkas permohonan magang yang saya ajukan seperti CV, application letter, dan transkrip akademis dibaca oleh tim rekruitmen. Dengan dibaca berarti saya secara tidak langsung memiliki kesempatan yang sama dengan para pemohon magang lainnya baik itu yang ditolak maupun diterima. Perlu diingat juga, firma hukum yang sudah meng-global seperti Rajah and Tann ini juga menerima permohonan magang/kerja dari pelamar se-ASEAN atau bahkan se-Asia. In other words yang mengajukan lamaran itu banyak banget. They have to check and read the application one by one berikut mengirim email kepada para pelamar (termasuk saya) one by one juga.
Kalau boleh berkesimpulan, they really appriciate us !
Rasa senang ini lahir dari sebuah keprihatinan ketika saya berkali-kali mengajukan permohonan magang di Indonesia entah itu firma hukum, perusahaan swasta, maupun lembaga pemerintahan. Mengajukan berkas permohonan magang dan tidak ada kabar yang datang entah itu diterima atau ditolak. Saya sendiri tidak masalah kalau ditolak tapi kabar itulah yang penting di mana pelamar serasa "digantung" dengan ketidak-pastian. Jika kita tahu bahwa kita ditolak tentunya kita bisa fokus untuk mencari tempat lain atau meningkatkan kualitas diri sebelum mengajukan lamaran lagi.
Ada pula yang menerima lamaran magang/kerja akan tetapi berkasnya hanya sekedar ditumpuk dan tidak disentuh sama sekali. Entah akan disimpan di gudang, dibuang, atau dibakar we don't know tapi ya sayang aja karena berkas-berkas tersebut memuat harapan dari para pelamar untuk karier mereka yang lebih baik.
Overall jelas banget we must learn how to appriciate others sekecil apa pun mereka. Saat mengajukan permohonan magang di Rajah and Tann mungkin saingan saya adalah mahasiswa tingkat akhir atau bahkan sudah memiliki gelar S1 atau S2 dari fakultas hukum ternama di Asia atau bahkan sudah memiliki "jam terbang" profesional. Dibandingkan saya yang baru selesai semester 5 dengan CV yang isinya tidak banyak ya jelas saya bukan apa-apa. Akan tetapi se-"bukan apa-apanya" saya mereka tetap mempertimbangkan saya untuk mengikuti internship program dengan cara memeriksa berkas saya. Profesionalitas, kualitas, dan integritas penerima kerja bisa dinilai dari seberapa mereka appriciate kepada para pelamarnya dan kita memang harus belajar dari negeri tetangga.
Komentar
Posting Komentar