Panduan Menulis Esai Untuk Mahasiswa Baru
Setelah satu bulan tanpa tulisan (karena gw bingung mau tulis apa), kali ini gw akan mempost mengenai panduan menulis esai untuk mahasiswa baru.. Tentunya karena ini bulan Agustus dan bulan Agustus identik dengan kegiatan mahasiswa baru (Kamaba) yang umumnya diselenggarakan oleh berbagai universitas.
Umumnya, esai menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan ospek atau orientasi kampus. Kehadiran si esai ini berperan sebagai suatu sarana pengenalan materi akademik yang akan dijalankan oleh mahasiswa baru pada semester pertama perkuliahannya. Ibaratnya esai ini semacam bentuk adaptasi pada masa peralihan dari lulus sekolah menengah ke semester satu, sehingga memudahkan maba (mahasiswa baru) untuk menguasai materi di semester satu.
Penggabungan tugas esai sebagai komponen ospek tentu merupakan suatu hal yang patut diapresiasi. Selain mengenalkan materi, esai juga memberikan arti penting dari disiplin yang sesungguhnya. Mengapa demikian ? Dengan tugas esai, maba diajarkan untuk pandai mengatur waktu dan fokus terhadap tugasnya demi hasil terbaik. Jujur aja, lebih baik gw dikasih tugas esai (tentunya dalam porsi yang secukupnya) ketimbang harus menggunakan atribut aneh-aneh dan dibentak-bentak selama ospek. Gw lebih memilih ngerjain esai dan mengikuti ospek yang benar-benar isinya sosialisasi akademik dan seminar.. Kalau bisa esainya punya korelasi dengan seminar/sosialisasi yang dibawakan. (kangen MOS SMA dulu.. Btw, MOS/MOPDB yang diselenggarakan almamater gw SMA Santa Theresia merupakan contoh yang sangat patut ditiru. Gak ada kekerasan apalagi atribut yang aneh-aneh. Hampir setiap sosialisasi diawasi dan melibatkan guru. Adapun OSIS dan senior berperan sebagai seorang mentor/sahabat siswa baru. Kalau mau latih kedisiplinan ada PBB yang pas angkatan gw dilatih oleh TNI).
Back to topic, jadi tulisan ini gw dedikasikan untuk kalian para mahasiswa baru yang dapet tugas esai. Jangan anggap tugas ini sebagai beban tapi jadikanlah tugas esai sebagai anugerah karena bener-bener ngebantu pas perkuliahan nanti. Buat kalian yang mungkin masih belum jadi mahasiswa atau saat ini sedang menjadi mahasiswa atau sudah lulus dari dunia kemahasiswaan, boleh banget buat ngebaca tulisan ini. Gw akan berusaha semaksimal mungkin menjelaskan topik ini kepada kalian berdasarkan pengalaman ospek gw maupun pengalaman gw saat ini sebagai staff bidang literasi dan penulisan LK2FHUI
Pesan gw:
"Lebih baik capek ngerjain esai daripada capek ngurusin atribut/tugas lain yang gak jelas... Bedakan mana tugas yang punya esensi positif sama yang gak punya nilai guna."
Apa itu esai ?
Esai sering juga disebut artikel, tulisan, atau komposisi. Dalam arti yang lebih luas, esai juga dipahami sebagai sebuah karangan. Secara umum, esai didefinisikan sebagai sebuah karangan singkat yang berisi pendapat atau argumen penulis tentang suatu topik. Biasanya seseorang menulis esai karena ia ingin memberikan pendapat terhadap suatu persoalan atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat.
Esai apa yang biasanya ditugaskan dalam kamaba/Ospek ?
Kalau kamaba/ospek sekolah atau universitas atau fakultas kalian masih "waras", tentu aja secara umum, esainya berkaitan dengan kehidupan kemahasiswaan, permasalahan sosial, dan yang paling penting materi akademik yang akan kalian jalani di awal perkuliahan. Sukaan kan ada aja panitia ospek yang menginstruksikan mabanya untuk membuat esai dengan topik yang aneh-aneh seperti cara cari belut di sawah atau cara mendapat pacar idaman, dsb yang gak punya esensi dan manfaat sama sekali buat kehidupan si maba selama perkuliahannya. (Untungnya pas gw ospek topik gak aneh-aneh dan masih waras)
Jadi yuk kita bahas satu-satu...
Esai Masalah Sosial
Esai jenis ini menuntut peserta didik baru untuk lebih peka kepada lingkungan berikut manusia di dalamnya. Kalo ngomongin lingkungan dan manusia berarti gak terlepas dari yang namanya masalah sosial. Apalagi di Indonesia yang dikenal sebagai negeri dengan 1001 masalah dimana masalah sangat mudah untuk dijumpai.
Lalu gimana ya cara bikin esai masalah sosial ?
Struktur yang selalu gw gunakan saat membuat esai tentunya merupakan struktur yang umum (kalo strukturnya aneh namanya bukan esai) yakni:
1. Pembuka
2. Isi
3. Penutup
Pada bagian pembuka, kita menuliskan isu utama yang akan kita bahas. Isu tersebut tentu hanya sebatas pada fakta yang ada dan nyata saat ini. Misalnya gw ingin membuat esai dengan judul "Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)". Pada bagian pembuka, gw mencantumkan fakta dari isu utama tersebut. Contohnya: "Mulai tahun 2015, Indonesia dipastikan bergabung dalam komunitas MEA."
Apa fakta aja cukup untuk dijadikan pembuka ? Tentu aja tidak !. Meski fakta merupakan gagasan utama dari paragraf bagian pembuka namun ia membutuhkan kata-kata pendukung. Kalau gw sendiri menjadikan kata-kata pendukung fakta sebagai sarana penarik perhatian pembaca untuk mau membaca tulisan gw. Sering juga gw membuat kata pendukung tersebut dalam bentuk kalimat tanya supaya pembaca menjadi penasaran dengan topik/judul yang gw tulis. Misalnya (lanjutan dari fakta MEA) "Meski MEA sudah di depan mata, namun sikap pesimis masyarakat tetap ada terhadap kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA. Masyarakat pun mempertanyakan seberapa siapkah Indonesia menghadapi MEA 2015 ? Pertanyaan itulah yang akan dibahas secara mendalam dalam tulisan ini." (Kalau gak mau ada kata "Pertanyaan itulah......." juga gak apa-apa... Penataan bahasa merupakan tantangan utama dalm membuat esai yang mudah dibaca oleh pembaca)
Gw sarankan untuk bagian pembuka, satu paragraf saja juga sudah cukup.
Setelah pemaparan fakta dan pertanyaan dasar sebagai pendukungnya, dibutuhkanlah penjelasan agar pembaca memahami topik serta maksud penulisan esai tersebut. Jawaban atas pertanyaan yang kita buat juga mutlak diperlukan sebagai bagian dari penjelasan tersebut. Topik dan pertanyaan pun akan dikupas habis di dalam bagian isi. Namun, apakah kita akan menjawab bagian isi secara mentah-mentah begitu saja ?
Tentu aja enggak !! Isi perlu struktur pula guna menjelaskan permasalahan yang ada. Kalo gw membuat struktur dari isi suatu esai layaknya suatu proses.. Perlu tahapan dari satu paragraf ke paragraf lain.
Kalau kita coba praktikan dalam kasus MEA diatas maka gambaran strukturnya kayak gini:
1. Jelaskan Teori yang Berkaitan dengan tulisan.
Dimulai dengan kata "Sebelumnya"... Jadi "Sebelumnya, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan MEA. MEA adalah......." Kalau mau lebih valid tentu aja tulis teori tersebut dari siapa, bukunya siapa dsb.. "Menurut..... MEA adalah suatu komunitas....." Bisa juga langsung ke teori tanpa perlu basa-basi..
2. Jelaskan Korelasi antara Teori dengan Masalah.
Kalau gw suka "menyinggung" sedikit teori yang sudah dijelaskan dan cari "benang merahnya" dengan permasalahan. Contohnya. "Berdasarkan fakta yang dikemukakan oleh .... (si tokoh yang memaparkan teori - tentu aja yang disebutkan dalam pembahasan tadi) tidak dapat dipungkiri lagi kalau Indonesia, sebagai salah satu negara anggota ASEAN dipastikan terlibat dalam komunitas pasar bebas ini.
3. Analisa
Gali lagi brow semakin dalam... Di sesi inilah terjadi pencampuran antara korelasi (yang sudah disebutkan sebelumnya) dengan argumen kita sebagai penulis. Bisa dibilang bagian ini seperti gado-gado, dimana korelasi dan argumentasi saling campur aduk. Kadang-kadang teori baru pun bisa muncul dan gw ingatkan lagi, hal tersebut bisa terjadi tergantung dari persaan atau pemikiran si penulis. Sesi ini juga yang bisa dibilang sebagai inti dari esai dimana penulis berusaha menjawab pertanyaan yang ia buat sendiri guna menerangkan pembaca mengenai hal tersebut.
Contohnya (lanjut lagi ya): "Namun, keterlibatan Indonesia dalam MEA belum diiringi oleh tingkat daya saing ekonomi yang mumpuni. Hal ini dikarenakan .... (sebutin argumen kalian apa - misalnya sumber daya manusia yang rendah, dsb). Data menunjukan bahwa ...... (misalnya indeks sumber daya manusia) berada di kisaran .... % dimana indeks rata-rata negara ASEAN ..... % (tuliskan lagi hal-hal yang bisa memperkuat argumen kalian - kalo misalnya kualitas SDM Indonesia rendah dan tidak siap bersaing di MEA)...
Karena isi merupakan inti dari tulisan maka kalian dituntut untuk menulis sebanyak-banyaknya. Makin banyak pemaparan yang kalian tulis di esai, maka keahlian kalian dalam memahami masalah serta menjelaskan masalah tersebut semakin besar. Tapi perlu diingat, setiap paragraf mengandung sebuah gagasan utama dan setiap paragraf saling berkorelasi ya :)
Terakhir, pada bagian penutup, kalian harus membuat suatu kesimpulan dari pembahasan yang telah dibuat sebelumnya. Komposisinya sama kayak bagian pembuka, paling gak satu paragraf aja cukup. Penutup haruslah (amannya) sebuah pernyataan tegas dan singkat seperti: "Indonesia tidak siap bersaing dalam MEA". Pernyataan merupakan jiwa dari bagian penutup karena dengan pernyataan-lah jawaban atas esai tersebut ditemukan serta pembaca mengetahui keberpihakan atau pemikiran dari si penulis (ingat, tulisan juga bertujuan untuk mempengaruhi seseorang).Untuk itulah, kadang gw suka menambahkan "bumbu" setelah pernyataan seperti "mengetahui hal ini, pemerintah seharusnya..... (solusi). Adapun masyarakat juga harus......." . Bisa juga berupa kalimat pertanyaan yang menanyakan "masa depan" semisal "kalau pemerintah tidak mengambil tindakan, mau dibawa kemana daya saing kita ?" ataupun "kini, kita menunggu, seperti apa langkah dan tanggapan pemerintah.".
Struktur pembuka-isi-penutup kadang kurang begitu dipahami mengingat cakupannya yang luas. Kadang muncul pertanyaan "bikin pembuka seperti apa ?" atau "cara menulis isi yang baik bagaimana ?"
Untuk mengantisipasi, ada formula yang didesain lebih mendetail guna menjelaskan struktur diatas yakni:
Facts/Issues
Rules
Analysis
Conclusion
Formula/struktur ini sebenarnya sama aja kayak pembuka, isi, penutup, cuman ya sifatnya lebih mendetail..
Hal yang perlu gw tekankan disini adalah soal Facts/Issues (F/I) yang biasanya selalu ada di bagian pembuka. Umumnya, penulis diberikan pilihan, apakah mau membahas suatu fakta (sesuatu yang secara nyata benar-benar terjadi) atau suatu isu (sesuatu yang bisa terjadi secaranya nyata maupun sekedar opini. Kekuatan dari riilnya suatu isu tidak sekuat dari riilnya suatu fakta)
Namun, ada pula penulis dan (gw sendiri) pernah menggabungkan F/I dalam tulisan, sehingga formylnya berubah menjadi
Facts
Issues
Rules
Analysis
Conclusion
Kok bisa fakta dan isu yang merupakan suatu pilihan dapat ditemuka dua-duanya di suatu tulisan ? Kembali lagi gw ingatkan bahwa apa yang ditulis oleh si penulis menggambarkan kemampuannya dalam mengeksplorasi permasalahan dan berusaha menemukan jawabannya.
Contohnya:
Facts/fakta: Bambang Widjojanto (wakil ketua KPK) ditangkap oleh pihak Bareskrim Polri pada tanggal xxxx
(jelas sebuah fakta. Ada peristiwa yang benar-benar terjadi berikut tanggalnya)
Issues/isu: Penangkapan ini disinyalir sebagai bentuk dari balas dendam Polri atas ditetapkannya Budi Gunawan (calon kapolri) sebagai tersangka oleh KPK
(kenapa dibilang isu ? karena bentuk pernyataan tersebut belumlah merupakan sebuah fakta yang sempurna. Memang dalam konteks fakta, Budi Gunawan merupakan calon kapolri dan ia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Namun, ketika ditambah dengan pernyataan "bentuk balas dendam", maka pernyataan yang awalnya berupa fakta yang sempurna berubah menjadi sebuah isu tatkala suatu opini ditambahkan kedalamnya)
Catatan tambahan, Rules/peraturan memang identik dengan esai hukum dimana suatu permasalahan dihubungkan dengan suatu regulasi. Namun, rules bisa saja dipahami sebagai sebuah theory / teori jika esai yang dibuat berada di luar lingkaran hukum. Jadi ya menurut gw sah-sah aja rules disamakan dengan teori bagi mereka yang mau menulis esai di luar esai hukum/ esai hukum kritis.
Esai Seputar Kemahasiswaan
Esai jenis ini biasa diadakan guna mendukung proses adaptasi mahasiswa dalam lingkungan kemahasiswaannya kelak. Biasanya berupa dinamika kehidupan mahasiswa, organisasi, dsb.
Esai jenis ini gak terlalu kaku karena esai kemahasiswaan bisa ditulis dalam bentuk opini maupun pengalaman kehidupan pribadi. Kalau mau bagus, tentu aja esai ini harus mengandung sebuah proses. Itupun juga tergantung apa yang diceritakan oleh penulis dalam esai yang bertema demikian.
Contonhya, "Badan Otonom X" (organisasi)
1. Penjalasan secara singkat seputar organisasi
3. Analisa
Gali lagi brow semakin dalam... Di sesi inilah terjadi pencampuran antara korelasi (yang sudah disebutkan sebelumnya) dengan argumen kita sebagai penulis. Bisa dibilang bagian ini seperti gado-gado, dimana korelasi dan argumentasi saling campur aduk. Kadang-kadang teori baru pun bisa muncul dan gw ingatkan lagi, hal tersebut bisa terjadi tergantung dari persaan atau pemikiran si penulis. Sesi ini juga yang bisa dibilang sebagai inti dari esai dimana penulis berusaha menjawab pertanyaan yang ia buat sendiri guna menerangkan pembaca mengenai hal tersebut.
Contohnya (lanjut lagi ya): "Namun, keterlibatan Indonesia dalam MEA belum diiringi oleh tingkat daya saing ekonomi yang mumpuni. Hal ini dikarenakan .... (sebutin argumen kalian apa - misalnya sumber daya manusia yang rendah, dsb). Data menunjukan bahwa ...... (misalnya indeks sumber daya manusia) berada di kisaran .... % dimana indeks rata-rata negara ASEAN ..... % (tuliskan lagi hal-hal yang bisa memperkuat argumen kalian - kalo misalnya kualitas SDM Indonesia rendah dan tidak siap bersaing di MEA)...
Karena isi merupakan inti dari tulisan maka kalian dituntut untuk menulis sebanyak-banyaknya. Makin banyak pemaparan yang kalian tulis di esai, maka keahlian kalian dalam memahami masalah serta menjelaskan masalah tersebut semakin besar. Tapi perlu diingat, setiap paragraf mengandung sebuah gagasan utama dan setiap paragraf saling berkorelasi ya :)
Terakhir, pada bagian penutup, kalian harus membuat suatu kesimpulan dari pembahasan yang telah dibuat sebelumnya. Komposisinya sama kayak bagian pembuka, paling gak satu paragraf aja cukup. Penutup haruslah (amannya) sebuah pernyataan tegas dan singkat seperti: "Indonesia tidak siap bersaing dalam MEA". Pernyataan merupakan jiwa dari bagian penutup karena dengan pernyataan-lah jawaban atas esai tersebut ditemukan serta pembaca mengetahui keberpihakan atau pemikiran dari si penulis (ingat, tulisan juga bertujuan untuk mempengaruhi seseorang).Untuk itulah, kadang gw suka menambahkan "bumbu" setelah pernyataan seperti "mengetahui hal ini, pemerintah seharusnya..... (solusi). Adapun masyarakat juga harus......." . Bisa juga berupa kalimat pertanyaan yang menanyakan "masa depan" semisal "kalau pemerintah tidak mengambil tindakan, mau dibawa kemana daya saing kita ?" ataupun "kini, kita menunggu, seperti apa langkah dan tanggapan pemerintah.".
Struktur pembuka-isi-penutup kadang kurang begitu dipahami mengingat cakupannya yang luas. Kadang muncul pertanyaan "bikin pembuka seperti apa ?" atau "cara menulis isi yang baik bagaimana ?"
Untuk mengantisipasi, ada formula yang didesain lebih mendetail guna menjelaskan struktur diatas yakni:
Facts/Issues
Rules
Analysis
Conclusion
Formula/struktur ini sebenarnya sama aja kayak pembuka, isi, penutup, cuman ya sifatnya lebih mendetail..
Hal yang perlu gw tekankan disini adalah soal Facts/Issues (F/I) yang biasanya selalu ada di bagian pembuka. Umumnya, penulis diberikan pilihan, apakah mau membahas suatu fakta (sesuatu yang secara nyata benar-benar terjadi) atau suatu isu (sesuatu yang bisa terjadi secaranya nyata maupun sekedar opini. Kekuatan dari riilnya suatu isu tidak sekuat dari riilnya suatu fakta)
Namun, ada pula penulis dan (gw sendiri) pernah menggabungkan F/I dalam tulisan, sehingga formylnya berubah menjadi
Facts
Issues
Rules
Analysis
Conclusion
Kok bisa fakta dan isu yang merupakan suatu pilihan dapat ditemuka dua-duanya di suatu tulisan ? Kembali lagi gw ingatkan bahwa apa yang ditulis oleh si penulis menggambarkan kemampuannya dalam mengeksplorasi permasalahan dan berusaha menemukan jawabannya.
Contohnya:
Facts/fakta: Bambang Widjojanto (wakil ketua KPK) ditangkap oleh pihak Bareskrim Polri pada tanggal xxxx
(jelas sebuah fakta. Ada peristiwa yang benar-benar terjadi berikut tanggalnya)
Issues/isu: Penangkapan ini disinyalir sebagai bentuk dari balas dendam Polri atas ditetapkannya Budi Gunawan (calon kapolri) sebagai tersangka oleh KPK
(kenapa dibilang isu ? karena bentuk pernyataan tersebut belumlah merupakan sebuah fakta yang sempurna. Memang dalam konteks fakta, Budi Gunawan merupakan calon kapolri dan ia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Namun, ketika ditambah dengan pernyataan "bentuk balas dendam", maka pernyataan yang awalnya berupa fakta yang sempurna berubah menjadi sebuah isu tatkala suatu opini ditambahkan kedalamnya)
Catatan tambahan, Rules/peraturan memang identik dengan esai hukum dimana suatu permasalahan dihubungkan dengan suatu regulasi. Namun, rules bisa saja dipahami sebagai sebuah theory / teori jika esai yang dibuat berada di luar lingkaran hukum. Jadi ya menurut gw sah-sah aja rules disamakan dengan teori bagi mereka yang mau menulis esai di luar esai hukum/ esai hukum kritis.
Esai Seputar Kemahasiswaan
Esai jenis ini biasa diadakan guna mendukung proses adaptasi mahasiswa dalam lingkungan kemahasiswaannya kelak. Biasanya berupa dinamika kehidupan mahasiswa, organisasi, dsb.
Esai jenis ini gak terlalu kaku karena esai kemahasiswaan bisa ditulis dalam bentuk opini maupun pengalaman kehidupan pribadi. Kalau mau bagus, tentu aja esai ini harus mengandung sebuah proses. Itupun juga tergantung apa yang diceritakan oleh penulis dalam esai yang bertema demikian.
Contonhya, "Badan Otonom X" (organisasi)
1. Penjalasan secara singkat seputar organisasi
X adalah badan otonom kemahasiswaan ..... (biasanya nama institusi) yang bergerak di bidang.....
2. Sejarah dan latar belakang-nya ?
X didirikan oleh sekelompok mahasiswa ...... pada tanggal ....... dan resmi berstatus sebagai badan otonom pada tanggal ..... berdasarkan surat keputusan ........
Berdirinya X ini dilatar belakangi oleh ......
3. Internal dari organisasi
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang ..... X memiliki ..... bidang/biro yang mendukung eksistensi dari organisasi tersebut. Bidang/biro itu ialah .... (sebutin satu per satu, beserta penjelasannya)
4. Bukti dari eksistensinya ? Proyek Kerja !
Layaknya organisasi-organisasi lain, X memiliki beberapa proyek kerja, diantaranya (sebutin satu per satu beserta penjelasannya)
5. Bagaimana kondisinya saat ini ?
Saat ini, X beranggotakan ...... yang terdiri atas ..... orang BPH dimana ..... (jelasin terus)
6. Penutup
Demikian tulisan ini dibuat. Semoga X tetap bisa eksis sebagai organisisasi..... dan berfungsi efektif dalam ......
Kalau esai pengalaman pribadi ya gw yakin kalian semua bisa karena kita pernah belajar mengarang ataupun bercerita sewaktu SD. Mungkin pemilihan kata/kalimat/bahasa akan menjadi tantangan dalam esai ini.
Esai Ilmiah
Kalau dalam ospek/kamaba, esai macem inilah yang paling banyak diberikan sebagai tugas. Bisa dibilang komposisi 60:40 atau mungkin 70:30 dengan esai masalah sosial/esai kritis. Memang esai ini dimaksudkan sebagai media pembelajaran untuk mahasiswa baru serta menghilangkan fenomena "kaget" ketika bertemu dengan pola belajar perkuliahan. Jujur aja, dibalik manfaatnya yang besar, esai macem ini benar-benar menuntut kita untuk berpikir secara keras serta mengerjakannya dengan tekun.
Esai ilmiah sendiri secara singkatnya berisi materi perkuliahan tergantung dari jurusan yang diambil (kalau SMA ya tergantung pelajarannya, namun esai ini biasanya sangat mudah dijumpai ai ospek tingakt kampus). Tentu aja, kalau ngomongin esai ilmiah berarti kita sebagai penulis sangat tidak boleh sembarangan berpendapat dan sangat tidak boleh melakukan segala aktivitas plagiat (plagiat: mengambil karya orang lain dan menjadikannya sebagai karya pribadi - hukum plagiat untuk esai ilmiah lebih keras ketimbang esai lainnya, jadi ngutip dan memilih referensi gak boleh sembarangan).
Lalu gimana cara buat esai ini ?
Sebenarnya struktur dari esai ini gak beda jauh dengan esai pada umumnya. Pastinya ada pembuka, isi, dan penutup. Namun gw coba buat lebih detail lagi karena esai jenis ini rada kaku... Jadi struktur yang bisa dibuat untuk esai jenis ini ialah.
1. Pembuka
X merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari bidang ilmu ...... Hal ini dikarenakan ....... (berisi suatu alasan. Namun jangan ditulis secara panjang lebar/mendetail, Cukup dijelaskan secara garis besarnya saja supaya penjelasan secara mendetailnya dapat dijelaskan dalam bagian analisi/isi)
2. Sejarah Singkat
Sebagai suatu bagian dari ilmu pengetahuan, X digagas oleh ..... pada tahun..... . Dikemukakannya X tidak terlepas dari kondisi (latar belakangnya) yang saat itu ......, dst
3. Dampaknya ?
Berkat diciptakannya gagasan ini, dunia pendidikan ..... mampu mengenal ...... Sehingga masyarakat bisa merasakan suatu perubahan besar dalam bidang...... Perubahan itu ialah.....
4. Hal lainnya ?
Seiring dengan perkembangan zaman, X dapat diterapkan pada ...... Namun, perlu diingat bahwa X memerlukan pemahaman dan pengembangan lebih lanjut seiring dengan makin berkembangnya konflik dan permasalahan dalam kehidupan manusia.
5. Penutup
Demikianlah tulisan ini dibuat (singkatnya aja, karna esai ilmiah membahas hal-hal yang pasti dan jauh dari niat memberikan solusi serta mempengaruhi pandangan orang lain)
Memang sih sulit untuk memahami struktur yang gw buat, karena tiap ilmu pengetahuan memiliki cirinya tersendiri. Ada soshum dan saintek. Ada yang berupa ilmu pasti maupun abstrak sehingga memerlukan kemampuan berfilsafat, dsb. Pas banget sesuai yang gw bilang sebelumnya, bahwa esai ilmiah cenderung kaku dan sulit dieksplorasi layaknya esai masalah sosial/esai kritis yang bisa dibuat seperti "gado-gado".
Tips dari gw untuk menulis esai ilmiah: Banyaklah membaca buku ilmu pengetahuan. Memang membosankan namun pemahaman kalian terhadap pengetahuan tersebut akan semakin luas.
Tips-Tips...
Pengalaman pribadi aja, gw harus berterus terang bahwa sesempurnanya esai yang kalian tulis, setingginya-tingganya cuma dapet nilai 70... Kalau ada 80, wow anda luar biasa.. Nilai esai pada umumnya saat ospek ya gak jauh-jauh dari angka 20-50... Rasanya tentu aja dongkol, kerja sampai gak tidur cuman dapet nilai segitu... Terlebih lagi orang Indonesia masih berorientasi pada nilai untuk melihat kualitas seseorang, bukannya proses dan tentu aja orang Indonesia masih kesulitan dalam menilai proses (bagaimana si penulis pusing cari referensi, revisi, bahkan gak tidur demi tugas ini).
Pertanyaannya adalah gimana cara kita bisa mengefetifkan proses tersebut tanpa harus kelelahan apalagi jatuh sakit ?
1. Perbesar ukuran tulisan
Trik ini diajarin sama temen gw pas ospek dimana pas dia melihat esai gw, komentar pertama yang gw denger: "Al, kok tulisan lw kecil amet... Pantesan aja lw ngerjain satu halaman lama banget." Seketika gw pun sadar atas blunder yang telah gw buat...
Tapi perlu diinget ya, ngebesarin tulisan (terutama untuk tulis tangan - kalau di komputer ukuran font standar 12) ya kira-kira. Yang meriksa juga gak tolol brow, dijamin tulisan lw bakal dicoret-coret kalo ukurannya gede banget.
2. Cari banyak referensi serta kutip sebanyak-banyaknya dan sepanjang-panjangnya
Referensi merupakan suatu kewajiban dalam setiap penulisan. Selain untuk membantu kita menggali tulisan kita, referensi juga dapat menambah wawasan kita. Namun, perlu diingat bahwa kita tidak boleh sembarangan mengambil secara mentah hal-hal yang terdapat dalam referensi tanpa mengutipnya. Tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai plagiarisme dan tindakan tersebut adalah kejahatan.
Jadi, saran gw carilah referensi sebanyak-banyaknya dan kutiplah sebanyak-banyaknya pula. Tentu aja suatu kutipan membantu kita untuk "mengisi" lembaran kertas yang kosong.
3. Cicil !
Problem utama maba dalam tugas esai saat ospek adalah manajemen waktu. Memang benar jika senior memberi waktu sekitar 2 minggu untuk menyelesaikan semua tugas yang diberikan dan hal tersebut tentu mendidik maba agar mereka pandai mengatur waktu. Namun, tetep aja ada tantangan dalam pengaturan waktu ini mulai dari tugas-tugas disamping tugas individu (biasanya tugas angaktan dan kelompok), kegiatan mahasiswa baru yang sangat padat, dan tentunya kesehatan yang terganggu.
Cara antisipasinya ? Mencicil ! Ingat peribahas, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Kebiasaan inilah yang perlu diterapkan mengingat pola ngaret dan sistem kebut semalam masih menjadi budaya yang kental dalam diri setiap pelajar di negeri ini (yang tentunya merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang gak disiplin)
4. Jangan Malu Bertanya dan Belajar
Tentu gw pernah mengalami hal ini saat jadi maba, dimana gw gak kenal siapa-siapa bahkan senior yang gw kenal sangat sedikit. Saat jadi maba berikut kegiatan ospek, gw cuma kenal sama mentor kelompok dan mentor gak punya kewenangan untuk ngebantu maba-nya (harapannya begitu, cuma masih ada mentor yang kasian sama temen-temen mabanya)... Ibaratnya mentor harus membiarkan proses transisi maba tersebut berlangsung secara mandiri (cari informasi sendiri, atur waktu sendiri, dsb)... Gw sendiri kenal dua orang senior yang berasal dari SMA gw. Tapi yang satunya jadi mentor (which is percuma juga diharapin) dan yang satunya gak pernah muncul di kampus dan sedang menikmati masa liburannya (dihubungin pun susah)....
Jadi apa solusinya saat masa-masa jadi maba anti sosial ? Beranilah berkenalan dan belajar dari senior kalian. Namun, ada problem lagi, biasanya maba karena saking alimnya, mereka jadi takut kalo ketemu senior (padahal belum kenal). Adapun panitia ospek seringkali menjadi "intel" sehingga mabanya tentu jadi was-was.
Mentor gak bisa diharapin dan panitia ospek pasti gak bisa disentuh... Maka dari itu belajar dari senior yang sama sekali gak terlibat di dalam kegiatan ospek merupakan solusi terbaik. Di mata senior netral seperti ini, terdapat isyarat: "persetan sama ospek, gw gak terlibat ini. Panitia mau apain gw", dsb... Diantara senior yang pelit dan judes, masih ada kok senior-senior yang mau ngebantu mabanya, termasuk gw dengan tulisan ini *anjay* (karena gw pernah punya pengalaman susah-capek pas ospek jadi ya gw mencoba supaya kalian gak sesusah gw)
Gimana cara menemukan senior netral ? Saran terbaik dari gw adalah tanya mentor lw karena mereka adalah sahabat kalian. Oke lah mentor gak mau bantuin kalian bikin tugas, tapi se-enggaknya, mentor mau ngebantu/memfasilitasi kalian dalam berproses... Tetap juga dibutuhkan keberanian dari kalian untuk mau bertanya dan belajar...Ingat bung, proses lebih bernilai ketimbang angka-angka di kertas !
Jadi demikianlah tulisan ini gw buat..
Pesan gw, tetap semangat dalam masa transisi ini. Ambil hikmah positifnya dan benci hal negatifnya dari si ospek ini.. Usaha dan proses tidak akan menghianati kalian..
-Salam dan semoga membantu-
Btw bantuan lagi dari gw, kalau mau mengutip (umumnya chicago style): http://www.chicagomanualofstyle.org/tools_citationguide.html
Mungkin mau lihat contoh esai yang pernah gw buat bisa klik link ini:
http://alfiananditya.blogspot.com/2015/05/sejumlah-alasan-mengapa-australia-harus.html
(tulisan gw sebagai staff litpen LK2FHUI)
http://alfiananditya.blogspot.com/2015/02/jokowi-jk-dan-asean-economic-community.html
(esai ini pernah menjadi juara 2 dalam bunga rampai pemikiran LK2FHUI tahun 2014)
1. Pembuka
X merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari bidang ilmu ...... Hal ini dikarenakan ....... (berisi suatu alasan. Namun jangan ditulis secara panjang lebar/mendetail, Cukup dijelaskan secara garis besarnya saja supaya penjelasan secara mendetailnya dapat dijelaskan dalam bagian analisi/isi)
2. Sejarah Singkat
Sebagai suatu bagian dari ilmu pengetahuan, X digagas oleh ..... pada tahun..... . Dikemukakannya X tidak terlepas dari kondisi (latar belakangnya) yang saat itu ......, dst
3. Dampaknya ?
Berkat diciptakannya gagasan ini, dunia pendidikan ..... mampu mengenal ...... Sehingga masyarakat bisa merasakan suatu perubahan besar dalam bidang...... Perubahan itu ialah.....
4. Hal lainnya ?
Seiring dengan perkembangan zaman, X dapat diterapkan pada ...... Namun, perlu diingat bahwa X memerlukan pemahaman dan pengembangan lebih lanjut seiring dengan makin berkembangnya konflik dan permasalahan dalam kehidupan manusia.
5. Penutup
Demikianlah tulisan ini dibuat (singkatnya aja, karna esai ilmiah membahas hal-hal yang pasti dan jauh dari niat memberikan solusi serta mempengaruhi pandangan orang lain)
Memang sih sulit untuk memahami struktur yang gw buat, karena tiap ilmu pengetahuan memiliki cirinya tersendiri. Ada soshum dan saintek. Ada yang berupa ilmu pasti maupun abstrak sehingga memerlukan kemampuan berfilsafat, dsb. Pas banget sesuai yang gw bilang sebelumnya, bahwa esai ilmiah cenderung kaku dan sulit dieksplorasi layaknya esai masalah sosial/esai kritis yang bisa dibuat seperti "gado-gado".
Tips dari gw untuk menulis esai ilmiah: Banyaklah membaca buku ilmu pengetahuan. Memang membosankan namun pemahaman kalian terhadap pengetahuan tersebut akan semakin luas.
Tips-Tips...
Pengalaman pribadi aja, gw harus berterus terang bahwa sesempurnanya esai yang kalian tulis, setingginya-tingganya cuma dapet nilai 70... Kalau ada 80, wow anda luar biasa.. Nilai esai pada umumnya saat ospek ya gak jauh-jauh dari angka 20-50... Rasanya tentu aja dongkol, kerja sampai gak tidur cuman dapet nilai segitu... Terlebih lagi orang Indonesia masih berorientasi pada nilai untuk melihat kualitas seseorang, bukannya proses dan tentu aja orang Indonesia masih kesulitan dalam menilai proses (bagaimana si penulis pusing cari referensi, revisi, bahkan gak tidur demi tugas ini).
Pertanyaannya adalah gimana cara kita bisa mengefetifkan proses tersebut tanpa harus kelelahan apalagi jatuh sakit ?
1. Perbesar ukuran tulisan
Trik ini diajarin sama temen gw pas ospek dimana pas dia melihat esai gw, komentar pertama yang gw denger: "Al, kok tulisan lw kecil amet... Pantesan aja lw ngerjain satu halaman lama banget." Seketika gw pun sadar atas blunder yang telah gw buat...
Tapi perlu diinget ya, ngebesarin tulisan (terutama untuk tulis tangan - kalau di komputer ukuran font standar 12) ya kira-kira. Yang meriksa juga gak tolol brow, dijamin tulisan lw bakal dicoret-coret kalo ukurannya gede banget.
2. Cari banyak referensi serta kutip sebanyak-banyaknya dan sepanjang-panjangnya
Referensi merupakan suatu kewajiban dalam setiap penulisan. Selain untuk membantu kita menggali tulisan kita, referensi juga dapat menambah wawasan kita. Namun, perlu diingat bahwa kita tidak boleh sembarangan mengambil secara mentah hal-hal yang terdapat dalam referensi tanpa mengutipnya. Tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai plagiarisme dan tindakan tersebut adalah kejahatan.
Jadi, saran gw carilah referensi sebanyak-banyaknya dan kutiplah sebanyak-banyaknya pula. Tentu aja suatu kutipan membantu kita untuk "mengisi" lembaran kertas yang kosong.
3. Cicil !
Problem utama maba dalam tugas esai saat ospek adalah manajemen waktu. Memang benar jika senior memberi waktu sekitar 2 minggu untuk menyelesaikan semua tugas yang diberikan dan hal tersebut tentu mendidik maba agar mereka pandai mengatur waktu. Namun, tetep aja ada tantangan dalam pengaturan waktu ini mulai dari tugas-tugas disamping tugas individu (biasanya tugas angaktan dan kelompok), kegiatan mahasiswa baru yang sangat padat, dan tentunya kesehatan yang terganggu.
Cara antisipasinya ? Mencicil ! Ingat peribahas, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Kebiasaan inilah yang perlu diterapkan mengingat pola ngaret dan sistem kebut semalam masih menjadi budaya yang kental dalam diri setiap pelajar di negeri ini (yang tentunya merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang gak disiplin)
4. Jangan Malu Bertanya dan Belajar
Tentu gw pernah mengalami hal ini saat jadi maba, dimana gw gak kenal siapa-siapa bahkan senior yang gw kenal sangat sedikit. Saat jadi maba berikut kegiatan ospek, gw cuma kenal sama mentor kelompok dan mentor gak punya kewenangan untuk ngebantu maba-nya (harapannya begitu, cuma masih ada mentor yang kasian sama temen-temen mabanya)... Ibaratnya mentor harus membiarkan proses transisi maba tersebut berlangsung secara mandiri (cari informasi sendiri, atur waktu sendiri, dsb)... Gw sendiri kenal dua orang senior yang berasal dari SMA gw. Tapi yang satunya jadi mentor (which is percuma juga diharapin) dan yang satunya gak pernah muncul di kampus dan sedang menikmati masa liburannya (dihubungin pun susah)....
Jadi apa solusinya saat masa-masa jadi maba anti sosial ? Beranilah berkenalan dan belajar dari senior kalian. Namun, ada problem lagi, biasanya maba karena saking alimnya, mereka jadi takut kalo ketemu senior (padahal belum kenal). Adapun panitia ospek seringkali menjadi "intel" sehingga mabanya tentu jadi was-was.
Mentor gak bisa diharapin dan panitia ospek pasti gak bisa disentuh... Maka dari itu belajar dari senior yang sama sekali gak terlibat di dalam kegiatan ospek merupakan solusi terbaik. Di mata senior netral seperti ini, terdapat isyarat: "persetan sama ospek, gw gak terlibat ini. Panitia mau apain gw", dsb... Diantara senior yang pelit dan judes, masih ada kok senior-senior yang mau ngebantu mabanya, termasuk gw dengan tulisan ini *anjay* (karena gw pernah punya pengalaman susah-capek pas ospek jadi ya gw mencoba supaya kalian gak sesusah gw)
Gimana cara menemukan senior netral ? Saran terbaik dari gw adalah tanya mentor lw karena mereka adalah sahabat kalian. Oke lah mentor gak mau bantuin kalian bikin tugas, tapi se-enggaknya, mentor mau ngebantu/memfasilitasi kalian dalam berproses... Tetap juga dibutuhkan keberanian dari kalian untuk mau bertanya dan belajar...Ingat bung, proses lebih bernilai ketimbang angka-angka di kertas !
Jadi demikianlah tulisan ini gw buat..
Pesan gw, tetap semangat dalam masa transisi ini. Ambil hikmah positifnya dan benci hal negatifnya dari si ospek ini.. Usaha dan proses tidak akan menghianati kalian..
-Salam dan semoga membantu-
Btw bantuan lagi dari gw, kalau mau mengutip (umumnya chicago style): http://www.chicagomanualofstyle.org/tools_citationguide.html
Mungkin mau lihat contoh esai yang pernah gw buat bisa klik link ini:
http://alfiananditya.blogspot.com/2015/05/sejumlah-alasan-mengapa-australia-harus.html
(tulisan gw sebagai staff litpen LK2FHUI)
http://alfiananditya.blogspot.com/2015/02/jokowi-jk-dan-asean-economic-community.html
(esai ini pernah menjadi juara 2 dalam bunga rampai pemikiran LK2FHUI tahun 2014)
thx.. nice artikel (y)
BalasHapusmantab bro. thanks masukannya ya. jadi pede nih mau nhikut ospek nanti :v
BalasHapusmakasih ka, artikel ini sangat membantu saya :)
BalasHapusMakasih kak membantu banget. Saya mau tanya kak, untuk soal referensi yang kita dapet dari internet, itu link sumber sama nama penulis beserta tahunnya kita taruh dimana ya kak letaknya?
BalasHapusVery helpful. Thankyou!☺
BalasHapusSangat membantu kak. Thanks banget 😆
BalasHapusTulisan kakak sungguh membantu orang-orang seperti saya, maba 'polos' yang sedang belajar membuat esai 😆 Terimakasih kaakk...
BalasHapusHoho saya suka saya suka saya suka😅😢
BalasHapusTerima kasih banyak, Sangat bermamfaat. God Bless you
BalasHapusTerima kasih banyak kak. Saya sekarang sedang ospek, tulisan ini sangat membantu saya kak.
BalasHapusMantep bang sangat membantu
BalasHapusthankyou membantu banget buat maba kayak saya hehe
BalasHapusanliXcepzu1998 Angela Statema Download
BalasHapusbagreiprobor
Wahh makasih banyak kaaa
BalasHapus