[FOTOGRAFI AMATIR]: Hunting di Singapura !! - Part 1
Finally, melancong juga ke negeri orang pasca perjalanan terakhir di Jepang tahun 2014 (Klik link ini untuk cerita di Jepang) dan kali ini giliran Singapura yang akan gw kunjungi !!
Jadi ini perjalanan kedua gw di Singapura dimana terakhir kali gw mengunjunginya 6 tahun yang lalu dan tidak terlalu banyak perubahan yang signifikan terjadi di Singapura. Semuanya tetap sama baik saat ini maupun 6 tahun yang lalu... Suhu yang panas, matahari yang tenggelam tiap jam 7 malam, kota yang teratur dan maju, serta manusia Singapura yang amat manusiawi merupakan hal yang tidak berubah dalam 6 waktu terakhir..
Intro, Tantangan, dan Blak-Blakan
Gw menghabiskan waktu sekitar 6 malam dan 7 hari dengan waktu efektif 5 malam untuk menjelajahi Singapura.. Dalam perjalanan di Singapura ini waktu melancong gw rasa kurang efektif mengingat ada salah satu urusan pribadi yang agak menyita perhatian but that's oke seenggaknya ada sedikit waktu untuk melepas penat pasca dibuat stress akibat IPK yang turun parah..
Gw menghabiskan waktu sekitar 6 malam dan 7 hari dengan waktu efektif 5 malam untuk menjelajahi Singapura.. Dalam perjalanan di Singapura ini waktu melancong gw rasa kurang efektif mengingat ada salah satu urusan pribadi yang agak menyita perhatian but that's oke seenggaknya ada sedikit waktu untuk melepas penat pasca dibuat stress akibat IPK yang turun parah..
Pada hunting kali ini terdapat empat masalah utama bagi gw dalam menangkap momen-momen untuk selanjutnya di publish di blog ini...
Masalah pertama, jelas waktu yang hampir 60% tersita untuk urusan pribadi. Berbeda banget dengan di Jepang yang murni kesana untuk jalan-jalan, di Singapura jalan-jalan atau traveling bukan prioritas utama maupun yang terutama.
Kedua, perihal cuaca.. Jika pada akhir Juni dan awal Juli cuaca di Jakarta sedang labil-labilnya dimana ada hujan di musim kemarau maupun bulan Ramadhan, di Singapura cuaca benar-benar panas !! Panas dalam artian langit yang bersih dari awan dan matahari yang super nyengat.. Suhu tertinggi yang pernah gw catat sekitar 35-36 derajat celcius.. Jadi semuanya dikembalikan lagi perihal editingnya bagaimana..
Suhu yang tercatat pada tanggal 29 Juni 2016.. Bohong besar mostly cloudy.. Ada buktinya
Ketiga, perihal kamera.. Gw gak bawa Camera Canon Powershot G12 yang biasa dipakai kalau gw hunting.. Bokap gw meyakini adanya semacam "mitos" kalau kamera tersebut selalu bermasalah setiap dipakai ke luar negeri (di Thailand dan di Jepang juga). Scanner di bandara pun menjadi tumbal yang dipersalahkan bokap gw.. Jadi hunting di Singapura murni gw memakai IPhone 5S dengan gear tambahan berupa wide lens dan telezoom..
Perihal kamera IPhone 5S sendiri, gw uda menguji motret dengan IPhone semenjak hunting di Jepang dan hasilnya gak kalah dengan jeperatan dari slr..
Makanya dari lubuk hati gw yang terdalam, gw mao jujur-jujuran aja nih, gw sangat bingung dengan anak-anak kampus yang bilang kalo kamera smartphone gak "pantes" untuk dijadikan gear hunting entah itu buat ngedokum ataupun menghasilkan foto yang bakal di pajang di majalah atau buletin kampus... Katanya kurang "greget" lah, "Jelek" lah, dsb yang kerap kali dilontarkan oleh orang-orang yang ber-mind set kalo fotografi adalah motret dengan kamera slr. Blak-blakan aja, mind set gw gak se-"alay" itu dan yang gw tau serta diajarkan di mata kuliah mpk fotografi di kampus ialah fotografi adalah seni menangkap cahaya (cahaya adalah media yang "memantulkan" momen.. secara gak langung fotografi itu adalah seni menangkap momen)..Mau apapun jenis kamera kalian (kecuali kamera mainan) sekalipun itu kamera jadul (kayak lomo) yang masih pake roll film, kalau bisa menangkap momen ya namanya fotografi.. Jadi tolong ubah mindset kalau fotografi adalah motret dengan kamera slr, terutama buat anak-anak kampus.. Satu hal lagi, ini tahun 2016 dan teknologi sudah berkembang. Kamera smartphone pun uda bisa motret sebagus slr.. Jadi kalo pake kamera smartphone, jangan cuma dipake buat selfie ngalay aja tapi juga buat hunting juga. Perlu gw ingetin juga satu hal kalau gak semua orang bisa beli kamera slr secara harga kebanyakan kamera slr lebih mahal dari pada smartphone yang kalian gunakan saat ini.
Intinya untuk para mahasiswa penuntut motret dengan kamera slr, gw cuma berpesan:
" Get a side interest atau side skill !! Hidup itu sedih kalo cuma bergulat dengan pasal aja... Kenapa kalian harus punya side interest atau side skill ? Simpel aja, supaya kalian bisa belajar memahami orang-orang seperti kami (misalnya yang punya interest fotografi, entrepreneur, IT, design, art, dsb) dari sudut pandang kami, bukan dari sudut pandang kalian semata !"
Oke, back to the point pasca gw blak-blakan (kalo gw kayak gini biasanya ada project yang bikin gw dongkol) soal "slr-mania" di kampus, kalau kalian bilang kamera IPhone 5S gak se-"sempurna" slr, ada kok solusinya yakni pakai lensa.. Jadi sekalian gw ngereview soal gear, lensa yang gw maksud ini sangat familiar karna dijajakan oleh tukang tongsis, online shoppers dan sejenisnya di instagram. Harganya cukup terjangkau kok, gw membeli wide lens sama tele zoom dengan harga Rp 110.000,- dan efeknya lumayan keren. (mau kualitas bagus, gak harus mahal)
Aksesoriss
Lensa pertama yang akan gw kenalkan adalah lensa telezoom.. Jadi ini penampakannya
Tampaknya ribet amet kalo hunting dan traveling sambil bawa-bawa tripod.. Tapi jangan khawatir karena tripodnya rakitan dan gak ada keharusan untuk menggunakan tripod.. Bisa juga kita hunting dengan telezoom tanpa perlu pakai tripod
Gimana hasil motret dengan telezoom dan apa yang membuat lensa ini beda ?
Max Zoom IPhone 5S
Foto diatas gw ambil dua hari sebelum ke Singapur dalam rangka uji coba telezoom.. Jadi foto diatas merupakan gambaran dari seberapa jauh atau seberapa maksimal kemampuan zoom IPhone 5S (maaf bahasa gw agak berantakan).. Ketika gw ambil gambar lagi dengan lensa telezoom di tempat yang sama, berikut gambar yang bisa gw dapat
IPhone 5S + Telezoom
Kesimpulannya, jangkauan kamera IPhone 5S semakin jauh...
Disamping telezoom dengan zoom supernya, ada lensa kedua yakni wide lens..
Kalau kalian akrab dengan fish lens sebenarnya sama aja fungsinya yakni menangkap gambar "lebih lebar" dari gambar aslinya (susah gw ngegambarinnya).. Adapun wide lens juga bisa bikin efek-efek lengkungan yang artistik juga.. Eksperimennya gimana kira-kira ?
Foto biasa dengan kamera IPhone 5S
Kamera IPhone 5S + Wide lens
Baik telezoom maupun wide lens dua-duanya keren dan dua-duanya gw bawa selama di Singapur.. Tapi pada perkembangannya, telezoom terpaksa gw simpan karena memang "belum mendapat tempat" selama hunting kemarin.. Jadi kalo penasaran dengan hasil foto dengan wide lens, bisa di lihat yakk ntar..
Masalah keempat dan terakhir adalah Singapura itu sendiri.... Kota metropolitan ini bisa dibilang tempat wisatanya itu-itu aja, terlebih gak ada perubahan dalam 6 tahun terakhir.. We've to skip Sentosa Island berhubung betapa mahalnya pulau itu (include Universal Studio Singapore) dan traveling bukan prioritas utama di Singapura... Mau gak mau hunting kali ini temanya city tour dimana tantangan terbesar adalah menjadikan tempat yang umumnya bukan tempat wisata sebagai tempat wisata (nah loh)... Tentu hal ini berbeda sekali dengan hunting di Jepang terutama wilayah Kyoto yang kental alam, budaya, dan masyarakatnya sehingga gw sangat enjoy hunting di Kyoto daripada di Tokyo..Tapi ini Singapura yang jelas-jelas minim alam, budaya, dan dinamika masyarakat.. Sama aja kayak Jakarta. Jadi minimnya "aset" Singapura ini harus gw maksimalkan semaksimal mungkin..
Ada Apa di Singapura ?
Jawabannya simpel... Hampir gak ada apa-apa ! Kesannya segen kalo kita traveling di Singapur apalagi untuk yang kedua kalinya.. Singapura itu seperti Jakarta, cuma bedanya lebih bagus dan tertata..
Mau main ke theme park ? Singapura punya Universal Studio sedangkan Jakarta punya Dufan,, Sama-sama bisa seru-seruan, naik roller coster, pacaran, dsb..
Mau belanja ? Forget the Orchard Road ! Jakarta punya lebih banyak "Orchard Road"... Di Thamrin ada 5 mall.. Di Grogol ada 3 mall.. Di Senayan ada 5 mall.., dan masih banyak lagi Itu sudah termasuk ITC dimana ITC di Jakarta itu itungannya seperti "plaza" di Singapur (ex: Lucky Plaza, Far East Plaza, dsb).. Barangnya sama, harganya juga sama, cuma yang digengsikan adalah nama besar "Orchard Road" ajaa... Buat warga Jakarta jangan berkecil hati, karena pak Basuki sedang membesarkan segitiga emas Thamrin untuk menjadi kawasan belanja yang lebih bergengsi daripada Orchard Road..
Mau ke kawasan elit ? Okelah Singapura punya kawasan Marina Bay Sands, dan segala perangkatnya... Tapi ingat, bentar lagi waduk-waduk macam waduk pluit, waduk ria rio akan jauh lebih bergengsi.. Baik Marina Bay maupun Pluit sama-sama empang cuman beda aksesorisnya aja.
Mau menikmati suasana pencakar langit ? Singapura punya daerah Raffles Place, daerah CBD yang dekat dengan Merlion.. Tapi suasananya macam Sudirman-Kuningan, tempat kerja idaman calon-calon penafsir pasal alias mahasiswa fakultas hukum yang hidupnya cuma bergulat dengan regulasi..
Mau ke pecinan ? Etnis Tionghoa memang mayoritas di Singapura dan popularitas Chinatown bisa dibilang mengalahkan kawasan etnis India-Tamil seperti Little India.. Tapi di Jakarta, kita punya daerah Glodok yang suasana Cinanya (berikut bangunan gaya kolonialnya) gak kalah dengan Chinatown... Kalo maen ke Glodok gw merasa seperti "pulang" dan "berada di rumah" (tau lah maksudnya apa)
Mau ke daerah yang islami ? Arab Street di Singapura mungkin bisa diadu dengan "Petamburan" (lah)
Makanya kesamaan-kesamaan inilah yang menjadi tantangan bagi gw untuk membuat foto yang seiistimewa mungkin dari "aset yang ada dan seadanya".. Tapi kalau mau bicara soal suasana, adalah perbedaannya dibanding dengan Jakarta disamping kesamaan objek-objek kota.
Selama di Singapura, akomodasi berupa hotel bintang 2 (mungkin sekelas Amaris atau Favehotel di Indonesia) bisa menjadi pilihan disamping kasurnya yang keras dan membuat gw insmonia selama satu malam.. Harga yang cukup terjangkau menjadi alasan kenapa kalau di Singapur akomodasi gak perlu mahal-mahal.
Sebagaimana yang kalian ketahui, biaya hidup di Singapur cukup tinggi mengingat kurs saat ini $S 1 (Dollar Singapura) senilai dengan Rp 10.000,-. (Padahal 6 tahun yang lalu $S 1 = Rp 8.000,-). Kenapa gw bilang biaya hidup di Singapura tinggi padahal gw cuman 6 malam disana ? Simpel aja, gw cukup melihat dengan hal-hal basic seperti tarif transportasi dan makanan...
Karena Singapura merupakan kota sebesar Jakarta dengan objek wisata yang itu-itu aja, gw sarankan kepada kalian yang mau melancong kesana untuk mencoba traveling tanpa jasa tur. Kalau gw sendiri sudah disuruh sama nyokap untuk "belajar". Apa yang dipelajari ? Pastinya cari tempat wisata, cari akses, dan hafalin rute MRT.. Gak apa-apalah mengorbankan waktu untuk belajar daripada mengorbankan uang untuk jasa tur..
Karena gak pake tur dan bermodal peta serta otak, mau gak mau traveling di Singapura bisa berjalan dengan lancar berkat sponsor dari transportasi publik yang aman, nyaman, sistematis, dsb.. MRT dan bis kota menjadi pilihan selama traveling kali ini.
Kereta MRT
Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6c/SMRTJE-Front.JPG
Rute macam inilah yang harus gw pelajarin...
Pengalaman jadi anak kerta PP Jakarta-Depok bisa kepake juga di Singapur :)
Sumber: https://www.lta.gov.sg/content/dam/ltaweb/corp/PublicTransport/img/System%20Map_w%2024022016.JPG
Disamping sistem transportasi yang maju dan kedatangan kereta yang on time, satu hal yang bikin nyaman ketika kita naik kereta adalah stasiun yang bersih dan terintegrasi misalnya Orchard station yang terintegrasi dengan mall-mall disekitarnya, Bayfront station yang terintegrasi dengan Marina Bay Sands dan Garden by The bay, dsb.. Stasiun kereta tidak berdiri sendiri seperti stasiun-stasiun KRL di Jakarta (kecuali stasiun UI yang terintegrasi dengan UI misalnya).. Easy Access lah pokoknya..
Pelajaran juga dari MRT Singapura untuk PT KAI maupun Commuter Line, bagus atau enggaknya layanan transportasi kereta bukan cuma dari gerbong keretanya yang ber-AC, tempat duduk empuk, dan televisi yang menyiarkan konten ala acara On The Spot di Trans 7.. Tapi yang terpenting adalah sistem ! Gw termasuk orang yang sangat beruntung pernah merasakan sistem transportasi masal seperti JR Line di Jepang maupun SMRT di Singapura dimana keretanya on time.. Beda banget dengan Commuter Line KRL yang ngaret dan ketahan kalau mau masuk stasiun transit akibat antrian sinyal masuk. Okelah kalau alasan keamanan, cuman pertanyaannya, kondisi seperti ini mau terus dipertahankan ? (Plis gw gak terima alasan "kan kita negara berkembang, transportasi kita juga sedang berkembang".. Kalo alasannya begitu terus, kapan mau majunya ? Kayaknya sampai cicitnya gw punya cicit juga kita gak bakal jadi negara maju). Jangan buat juga gw "suudzon" kalau ada korupsi di tubuh PT KAI maupun Commuter Line..
Tiket MRT sendiri sekali jalan kira-kira $S 1 dan itupun tergantung stasiun tujuan kita (konsepnya sama kayak Commuter Line lah kira-kira), tapi harga segitu pantas mengingat konsumen merasakan sistem transportasi yang baik dan fasilitas yang nyaman. Beli tiketnya pun dengan vending machine dan hal ini juga sedang diadopsi oleh PT KAI (patut diapresiasi)
Selain MRT, moda transportasi seperti bis kota juga bisa dicoba. Dari segi bisnya sendiri secara eksterior maupun interior sama seperti bis transjakarta terutama yang bermerk Scania yang sedang didatangkan oleh Pak Ahok di Jakarta. Perbedaan antar moda transportasi bis di Singapura dan Jakarta tak lain dan tak bukan adalah sistemnya. Tidak ada yang namanya "busway" (ingat ya busway itu jalurnya bukan nama bisnya) di Singapura dan transit atau ganti bis bisa dilakukan dimana saja. Haltenya pun tertata dan informasi mengenai jalur, tarif, dan nomor bis semuanya lengkap dan tidak membuat warganya termasuk turis sekalipun bingung untuk naik bis. Kalau urusan tarif rata-rata $1-2 tergantung dari jarak.
SMRT Bus
https://lh3.googleusercontent.com/-NjJzYqx6pik/U_NToyRUoaI/AAAAAAAACL8/WRN7oWsF4Tw/w2048-h1365-no/3008_882.jpg
Sama seperti MRT, gw juga dituntut untuk mempelajari rute bis berikut tarif-tarifnya. Singapura pun membuktikan kepada kita sekali lagi bahwa kemajuan moda transportasi tidak hanya didukung oleh seberapa nyamannya penumpang di dalam moda tersebut tetapi juga seberapa baiknya sistem dalam mengangkut penumpang sampai ke tempat tujuan.
Jadi bagaimana perjalanan gw dalam menjadikan tempat yang biasa aja sebagai tempat wisata dan bagaimana survei berwisata di Singapura tanpa tur dan hanya mengandalkan pengetahuan apa adanya ? So Let's Begin !!
The Lion
Waktu menunjukan pukul 12 malam ketika pesawat tiba di Singapura. Nothing to do karena sudah malem banget dan langsung bergegas ke hotel.
Besoknya sekitar pukul 9 pagi dan setelah pindah hotel, gw pun dibingungkan oleh pertanyaan nyokap " Mau kemana ?" Tiba-tiba gw kepikiran aja "Ke Merlion !". Patung merlion yang merupakan ikon kota Singapura sebenarnya merupakan tempat wisata yang mainstream tetapi gw belum mengunjunginya 6 tahun yang lalu.. FYI, 6 tahun yang lalu gw hanya 3 malam di Singapura dan itu hanya ke tiga tempat saja yakni Universal Studio, Orchard, dan People's Park (tuh saking bingungnya mau kemana).
Jadi sembari menghabiskan waktu sebelum ada "urusan pribadi" tersebut, kami menggunakan moda MRT dan naik kereta di Novena Station (berhubung hotel berada di daerah Balestier) untuk selanjutnya turun di Raffles Place Station. Beruntung, pengalaman naik commuter line Sudirman-UI terpakai sehingga tidak ada masalah yang berarti dalam mentalitas, membeli tiket, naik kereta, transit dan pilih jalur kereta sekalipun sudah 6 tahun berlalu.
Keramaian di kereta
Setibanya di Raffles Place Station, masalah pertama muncul.. Penyeberangan jalan ke Merlion Park ditutup ! Mau tak mau kami harus memutar dan melewati kavling-kavling gedung pencakar langit di dan suhu menunjukan 34 C.. Sekitar 15 menit, kompleks Merlion Park mulai terlihat setelah melihat-lihat wajah pembangunan ekonomi Singapura.
Untuk dapat ke Merlion Park, terdapat barisan kafe-kafe dan tempat nongkrong yang menyambut. Tempat-tempat eksklusif yang akan ramai ketika malam datang.
Tempat Kongkow
Ngopi berlatar Marina Bay
Dereta Kafe dan Restoran
Dan akhirnya, sampai juga di Merlion Park... Sebuah tempat yang membuat rindu bercampur penyesalan selama 6 tahun lamanya (hiperbolis amet)
The Merlion and The Skycrapers
Merlion
Esplanade
Marina Bay from Merlion Park
Another Pict from The Park
The Durian of Singapore
Baby Merlion
Photo Session
The Crowd
The Tourists
Cukup puas dengan foto-foto di Merlion Park terutama esplanade yang pernah juga gw post di Instagram gw. Memang matahari benar-benar menyengat tapi untungnya bisa dapet flare yang gw rasa membuat foto makin keren. Disamping itu pada kesempatan ini juga gw menggunakan wide lens yang berhasil membuat efek seperti besi-besi yang melengkung serta melebarkan gambar.
Kota Toea
Setelah asik di Merlion Park tampaknya makan siang menjadi pilihan yang tepat untuk mengisi perut sekaligus melepas penat sejenak di tengah suhu yang amat panas. Ada satu pertanyaan yang tiba-tiba muncul... Mau makan dimana ?
Spontanitas saja, berhubung tidak mungkin makan di restoran atau kafe-kafe sepanjang Merlion Park yang pastinya mahal, pilihan pun jatuh pada food court yang ada di gedung-gedung perkantoran sepanjang perjalanan menunju Raffles Place Station.
Ini Bukan Mall atau kantor.. Tapi Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
Jalan Protokol di Sekitar Merlion. Foto diambil dari JPO
Vegetable Rice (Bahasa Indonesianya "Nasi Warteg")
Demikian Warga Singapura Menyebutnya..
Ayam Goreng, Kentang Kecap, dan Sapo Tahu seharga $3
Menjadi Menu Makan Siang Pertama di Singapura
Setelah selesai makan dan masih ada waktu, terdapat sebuah gedung tua diseberang sungai yang menarik perhatian untuk dikunjungi. Unik memang ada satu gedung bergaya kolonial di tengah-tengah gedung pencakar langit. Gedung tersebut mengingatkan gw pada Museum Fatahillah di Kota Tua.
Gedung Bergaya Kolonial di seberang Sungai
Pedagang Es Potong Singapura
Menikmati Es Potong sebelum Menyebrang Sungai
Untuk menjangkau gedung tersebut, kita perlu melalui jembatan yang bernama Cavenagh Bridge yang dibuat untuk pejalan kaki. Sama seperti gedung maupun kompleks gedungnya, Cavenagh Bridge merupakan jembatan yang bergaya kolonial.
Cavenagh Bridge
A View from The Bridge
Singapore's Skycrapers
Foto yang diambil dengan Wide Lens ini menghasilkan efek lengkungan-lengkungan yang luar biasa
Sayang burem dan gak sempurna tapi bakalan keren kalo fotonya gak burem :(
Setelah melalui jembatan, sampailah kita di gedung tua tersebut yang ternyata merupakan teater atau tempat konser bernama Victoria Thatre & Concert Hall..
Victoria Theatre and Concert Hall
Dalhousie Obelisk
Patung Asli Sir Thomas Stanford Raffles
Ketika Sang "Penemu" Negeri Singa Menantang Matahari
Berhubung matahari benar-benar menyengat dan ada "urusan pribadi", perjalanan untuk menghabiskan waktu ini pun harus disudahi... Setelah asik bermain di kompleks Victoria Theater, kaki ini bergegas kembali ke Raffles Place Station untuk selanjutnya ke Orchard. Bisa dibilang daerah Orchard menjadi tempat persinggahan kedua gw di Singapur setelah Balestier dan sebagian besar waktu habis disana untuk urusan pribadi...
Saat waktu makan malam tiba, food court di Lucky Plaza menjadi pilihan untuk santap malam, Chinese food yang sesuai dengan lidah ditambah harga yang terjangaku ($3-$4 sebenarnya merupakan harga makan normal untuk ukuran Singapura dan jika dirupiahkan Rp 30.000-40.000) menjadi pilihan.
Food Court di Basement Lucky Plaza
Yong Tau Foo dengan Kuah Laksa
Yong Tau Foo bisa dibilang seperti Shabu-Shabu.. Bermacam bakso dan sayur direbus dengan
pilihan kuah bening maupun laksa (mungkin Tom Yam juga ada)
Sayang, kebanyakan sayurnya sudah habis.
FYI kalau di Singapur jangan terlalu berharap setiap food court buka sampai malam. Ibaratnya sama seperti makan di Kantin UI, kalau makanan sudah habis ya tutup. Seperti pengalaman gw diatas dimana mau makan Yong Tau Foo, tokonya uda mau tutup dan lauk/sayurnya hampir habis (makanya makanan gw gersang banget gak ada sayur...). Umumnya food court itu mulai tutup pas sore hari (sekitar pukul 4-5 sore) kalau mau makan murah dan level makanannya selevel Lucky Plaza.
Penutup
Mungkin cukup dulu untuk blog di Singapura kali ini. Masih ada foto-foto lainnya.. Tunggu aja di part-2 nya ya... :) Sekian dan Terima Kasih..
seru sekali jalan-jalan ke Singapura, foto-foto yang diambil bagus sekali
BalasHapus